Indocement Tunggal (INTP) Bukukan Pendapatan Rp 4,24 Triliun pada Kuartal I- 2023



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kinerja keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berhasil mengalami kenaikan sepanjang kuartal pertama 2023.

Emiten produsen semen merek Tiga Roda ini membukukan pendapatan Rp 4,24 triliun sepanjang periode Januari-Maret 2023. Realisasi ini naik 19,34% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 3,55 triliun. 

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengatakan, kenaikan pendapatan ini tidak terlepas dari volume penjualan INTP lebih tinggi 3% dari periode yang sama tahun lalu. Sepanjang tiga bulan pertama 2023, INTP berhasil menjual 4,1 juta ton semen.


Baca Juga: Saham-Saham Ini Diburu Asing, Berikut Saran Analis

Adapun faktor yang mendorong kenaikan penjualan, di antaranya yakni optimisme masyarakat yang semakin membaik seiring dengan meredanya pandemi Covid 19. 

Kenaikan volume penjualan dibarengi dengan harga jual rata rata semen yang juga lebih baik dari periode lalu. Sejalan, pangsa pasar INTP  di wilayah Indonesia Timur juga meningkat. 

Di sisi lain, INTP juga mencatat beban yang lebih baik seiring dengan biaya energi yang lebih rendah. “Ini  akibat lebih banyaknya batubara yang kami konsumsi dengan harga domestic market obligation (DMO),” kata Marcos kepada Kontan.co.id, Rabu  (3/5). 

Baca Juga: IHSG Melemah di Awal Perdagangan Selasa (2/5), Sektor Energi Melorot

Sebelumnya, INTP mengaku sudah mengamankan pasokan batubara dengan skema domestic market obligation di kuartal pertama 2023. Terpenuhinya pasokan batubara DMO ini tidak terlepas dari strategi INTP yang membeli lebih banyak batubara dengan harga DMO  pada akhir tahun 2022. 

“Kami tentunya bersyukur pemerintah mengeluarkan assignment letter untuk DMO. Di akhir tahun kami ambil batubara lebih banyak dengan harga DMO, sehingga periode Januari hingga Maret kami punya batubara DMO,” kata Direktur Utama Indocement Christian Kartawijaya. 

Ini terbukti INTP tercatat mampu menekan biaya bahan bakar dan listrik sebesar 7% menjadi Rp 1,32 triliun dari sebelumnya Rp 1,42 triliun.  

Editor: Noverius Laoli