Indofarma incar produsen bahan baku obat



CIBITUNG. Demi memperkuat bisnis obat generik, PT Indofarma (Persero) Tbk berniat mencaplok produsen bahan baku obat. Saat ini, perusahaan farmasi pelat merah ini sedang menjajaki akuisisi PT Riasima Abadi Farma yang berlokasi di Gunung Putri, Bogor. Asal tahu saja, Riasima merupakan produsen paracetamol hasil patungan atau  joint-venture antara pemerintah Indonesia (BUMN) dan perusahaan Korea, Dhaewoo. Akuisisi ini juga dilakukan Indofarma untuk memperkuat sektor hulu dalam industri farmasi nasional. Direktur Utama Indofarma Djakfarudin Junus memaparkan, perusahaan membidik produsen bahan baku paracatemol lantaran nilai bisnis paracetamol setiap tahun mencapai Rp 120 miliar, dengan jumlah kebutuhan 300.000 ton per tahun. Sementara, Indofarma baru bisa menghasilkan 100 ton paracetamol saban tahun.Menurut Djakfarudin, ada dua alternatif yang bisa ditempuh perusahaan untuk menggaet Riasima. Pertama, dengan cara take over atau mengambil seluruh saham Riasima. Cara kedua, yaitu dengan beraliansi atau kerjasama dengam Riasima. "Saat ini sedang tahap pembicaraan. Kami juga siap untuk melakukan pendanaan, baik melalui pinjaman bank atau kembali menerbitkan medium term notes (MTN)," paparnya, Senin (11/2).Di sisi lain, Djakfarudin bilang, Riasima tertarik dengan pinangan Indofarma, sebab dari kapasitas produksi pabrik yang sebesar 1700 ton per tahun, saat ini baru digunakan 100 ton. Lantaran pemanfaatkan kapasitas tidak maksimal, harga bahan baku obat paracetamol buatan dalam negeri pun lebih mahal ketimbang produksi China. Harga bahan baku paracetamol produksi Riasima sebesar US$ 4,2-4,7/kg, sementara dari China hanya US$ 3,8/kg.Dia bilang, jika tahun ini Indofarma berhasil menggaet Riasima, maka perusahaan bisa menggenjot kapasitas produksi, dan menurunkan harga jual sehingga bisa bersaing di pasaran.Bangun pabrik baruSelain berniat mencaplok produsen bahan baku obat, Indofarma juga fokus meningkatkan penjualan obat generik. Maklum, 90% pendapatan perusahaan berasal dari penjualan obat generik. Tahun ini, perusahaan berkode INAF ini mengincar pendapatan Rp 1,4 triliun, atau naik  16,7% dari proyeksi pendapatan tahun lalu, yakni Rp 1,2 triliun. Adapun, laba bersih tahun ini ditargetkan melompat 21,43% menjadi Rp 85 miliar, dari estimasi laba tahun lalu senilai Rp 70 miliar. Direktur Keuangan Indofarma John Sebayang bilang, demi mendongkrak bisnis obat generik, perusahaan sedang menyiapkan pembangunan pabrik baru di Cibitung. Pembangunan pabrik itu diperkirakan menelan biaya Rp 300 miliar. Untuk pembangunan tahap awal, perseroan telah mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 150 miliar tahun ini. "Kami akan bangun pabrik pada April, yang diperkirakan rampung di 2014. Sisa dananya sedang kami pikirkan mau diambil dari mana. Tapi, kemungkinan setelah April bisa jadi menerbitkan MTN," ungkap John.John berharap, perusahaan bisa meraup dana lebih dari Rp 120 miliar melalui penerbitan MTN pada Juni nanti. Sebab, perhitungannya, untuk merampungkan pabrik di Cikarang, Indofarma masih membutuhkan dana sekitar Rp 150 miliar.Nantinya, pabrik baru Indofarma itu dapat memproduksi obat sebanyak 5 miliar tablet per tahun. Jumlah tersebut dua kali lipat dari kapasitas produksi saat ini, yaitu 2,2 miliar tablet per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini