JAKARTA. Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dollar AS berpotensi merontokkan bisnis farmasi. Tak terkecuali PT Indofarma Tbk. BUMN farmasi ini sudah sudah membuat daftar rencana bisnis untuk mengantisipasi pergerakan kurs rupiah yang dikhawatirkan terus melandai. John Sebayang, Direktur Keuangan Indofarma mengantakan, perusahaan harus menghitung ulang harga jual, kebutuhan produksi, dan target margin yang bisa dicapai. Pasalnya, kurs rupiah yang menjadi acuan Indofarma senilai Rp 10.000 per dollar AS.Sedangkan, kini nilai tukar rupiah sudah mendekati level Rp 11.000 per dollar AS. Menurut John, ketika rupiah bertengger di posisi Rp 10.500 per dollar AS, harga pokok produksi perusahaan naik hingga 3%-4%. "Kenaikan harga pokok produksi itu sekitar 60%-70% berasal dari bahan baku," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (25/8). Beban produksi perusahaan berkode saham INAF ini berpotensi akan meningkat lebih tinggi jika nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus terpuruk.
Indofarma Rombak Rencana Bisnis
JAKARTA. Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dollar AS berpotensi merontokkan bisnis farmasi. Tak terkecuali PT Indofarma Tbk. BUMN farmasi ini sudah sudah membuat daftar rencana bisnis untuk mengantisipasi pergerakan kurs rupiah yang dikhawatirkan terus melandai. John Sebayang, Direktur Keuangan Indofarma mengantakan, perusahaan harus menghitung ulang harga jual, kebutuhan produksi, dan target margin yang bisa dicapai. Pasalnya, kurs rupiah yang menjadi acuan Indofarma senilai Rp 10.000 per dollar AS.Sedangkan, kini nilai tukar rupiah sudah mendekati level Rp 11.000 per dollar AS. Menurut John, ketika rupiah bertengger di posisi Rp 10.500 per dollar AS, harga pokok produksi perusahaan naik hingga 3%-4%. "Kenaikan harga pokok produksi itu sekitar 60%-70% berasal dari bahan baku," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (25/8). Beban produksi perusahaan berkode saham INAF ini berpotensi akan meningkat lebih tinggi jika nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus terpuruk.