Indofood Sukses Makmur berkinerja apik pada semester I, begini rekomendasi saham INDF



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berhasil membukukan pertumbuhan kinerja yang apik selama paruh pertama 2021. Analis BRI Danareksa Sekuritas, Natalia Sutanto dalam risetnya menyebutkan hal itu lantaran INDF berhasil menyeimbangkan permainan pada sektor FMCG dan komoditas dengan penilaian yang ringan. 

Oleh sebab itu, ia memperkirakan pertumbuhan pendapatan INDF hingga akhir tahun nanti sebesar 16,1% yoy didukung oleh semua divisi.

Lanjutnya, ICBP akan mencatatkan pertumbuhan yang solid diuntungkan oleh berlanjutnya konsumsi di rumah serta meningkatnya aktivitas memasak di rumah pada kuartal III-2021. Untuk Bogasari pihaknya juga yakin perusahaan akan menaikkan harga untuk meneruskan harga gandum yang lebih tinggi 32% yoy.


"Volume mi yang lebih tinggi dari ICBP menyusul konsolidasi Pinehill dan kegiatan ekonomi yang lebih cepat juga akan mendukung penjualan tahun ini," tulisnya.

Baca Juga: Catatkan kinerja solid, simak rekomendasi saham Puradelta Lestari (DMAS)

Pada kuartal II-2021, Natalia menyebutkan divisi agribisnis mendukung kinerja INDF. Hal itu didukung oleh harga CPO yang lebih tinggi. Dari sana, pihaknya optimis tren ini akan berlanjut di kuartal-kuartal berikutnya mengingat produksi musiman produksi yang lebih tinggi di semester II.

Namun, BRI Danareksa memperkirakan margin yang lebih rendah untuk ICBP mengingat ekspektasinya akan penyesuaian harga yang lebih lambat di tengah harga komoditas yang lebih tinggi. Hanya saja, berkat pertumbuhan harga CPO yang kuat tahun ini, pihaknya berharap margin EBIT yang lebih tinggi dari divisi agribisnis akan menopang marjin kotor INDF di 33,1% sepanjang 2021.

Natalia juga melihat, perusahaan FMCG juga bersiap untuk mendorong iklan di berbagai media tahun ini. Karena itu, pihaknya menilai INDF akan mempertahankan anggaran A&P di 3,2%. "Di bawah garis operasi, biaya pembiayaan yang lebih tinggi dengan kepentingan non-pengendali yang lebih tinggi akan membatasi pertumbuhan laba bersih FY21 menjadi 2,5% yoy," sebutnya.

Pasca akuisisi Pinehill oleh ICBP, net gearing INDF meningkat menjadi 0,43 kali dibandingkan semester I-2020 di 0,18 kali dengan proporsi utang mata uang asing yang lebih tinggi, yakni 65% dibandingkan semester I-2020 sebesar 24%.

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia naik lagi, analis rekomendasikan saham-saham ini

Berdasarkan analisis sensitivitas tersebut, Natalia menilai INDF tidak akan terlalu terpengaruh oleh pergerakan harga CPO karena divisi agribisnisnya sebagian mengimbangi penurunan ICBP. Namun, pihaknya mencatat dampak negatif dari harga gandum yang lebih tinggi mengingat sistem biaya untuk marginnya.

"Kami melanjutkan valuasi kami ke 2022 dan mempertahankan rekomendasi buy kami dengan target harga yang lebih rendah sebesar Rp 8.400 (PE FY22F 10,3x) berdasarkan valuasi SOTP," pungkasnya.

 
INDF Chart by TradingView

Selanjutnya: Laba Bukit Asam (PTBA) melesat 38,04%, ini rekomendasi analis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi