JAKARTA. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menawarkan proyek investasi kepada Pengusaha Korea Selatan (Korsel) dan Jepang. Dalam lawatannya ke kedua negara tersebut, beberapa sektor yang ditawarkan antara lain di bidang ritel, industri baja serta petrokimia. Di Korsel, Airlangga bertemu jajaran direksi Grup Lotte dan LG. Pemerintah tengah membidik investor Korsel yakni Lotte Chemical Titan agar segera merealisasikan penanaman modal sebesar US$ 3 miliar-US$ 4 miliar. Perusahaan yang akan memproduksi naphtha cracker dengan total kapasitas sebanyak 2 juta ton per tahun. Perusahaan itu sudah melakukan pembebasan lahan untuk pabrik di Cilegon, Banten sebesar 60 hektare (ha). "Mereka masih membutuhkan pembebasan lahan lagi sebesar 40 ha. Jadi total ada 100 ha," ujar Airlangga, Senin (10/7).
Selain itu, Lotte juga akan mengembangan grup ritel yang ada di Indonesia. Dalam pengembangan bisnis ini, Lotte akan bekerjasama dengan Indomaret di sektor teknologi informasi (TI). Pemerintah juga mendorong sektor strategis lain untuk investasi Korsel, yakni industri baja. Upaya ini untuk mendorong pembangunan kluster industri baja di Cilegon, Banten yang akan memproduksi 10 juta ton baja pada tahun 2025. Sebelumnya, PT Krakatau Steel Tbk dan perusahaan baja Korsel yakni Posco telah berkomitmen mendukung pembangunan kluster 10 juta ton baja tersebut. Saat ini, kapasitas produksi perusahaan patungan Krakatau Steel dan Posco di Cilegon mencapai 4,5 juta ton. Produksi ini akan meningkat di akhir tahun 2019, setelah beroperasinya pabrik baru berkapasitas sekitar 1,5 juta ton. Dalam kunjungan ke Korsel ini, Airlangga menyarankan LG International agar memanfaatkan penggunaan gas di Teluk Bintuni, Papua Barat dan Blok Masela, Maluku. Hal ini lantaran LG International dan PT Duta Firza telah sepakat mendirikan industri petrokimia di Indonesia. Pabrik petrokimia yang bakal dibangun oleh LG International memiliki nilai investasi sebesar US$ 1,3 miliar dan ditargetkan memproduksi metanol sebanyak 1 juta ton per tahun. "Proyek mereka akan membutuhkan natural gas mencapai 90 million standard cubic feet per day (mmscfd) dengan ekspektasi harga US$ 1 per million metric british thermal unit (mnbtu). Saat ini, LG masih melakukan feasibility study di Bintuni," kata Airlangga. Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Korsel adalah investor nomor tiga terbesar di Indonesia. Di sektor industri manufaktur, perusahaan-perusahaan Korsel berkontribusi hingga 71% dari total investasi atau sebesar US$ 7,5 miliar dalam lima tahun terakhir.
Sementara, dalam kunjungan ke Jepang, Airlangga bertemu direksi Sojitz Corporation untuk meningkatkan investasinya, terutama dalam pembangunan industri petrokimia di Bintuni. "Kami mengajak Sojitz bekerjasama dengan PT Pupuk Indonesia dan Ferrostaal untuk mengelola gas di Bintuni," kata Airlangga. Selama enam tahun terakhir, investasi Jepang di Indonesia mencapai US$ 19,7 miliar. Jumlah perusahaan Jepang di Indonesia hingga saat ini sudah lebih dari 1.750, dengan kegiatan usaha di bidang manufaktur, infrastruktur dan jasa. Tahun 2016, nilai investasi Jepang ke Indonesia sebesar US$ 5,4 miliar atau naik 8% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 2,9 miliar. Beberapa industri Jepang yang cukup aktif berinvestasi di Indonesia. Antara lain sektor otomotif, logam, mesin dan elektronika Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati