Indonesia Ajukan 34 Proyek Transisi Energi Untuk Raih Pendanaan Jepang



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pemerintah Indonesia mengajukan sebanyak 34 proyek untuk memperoleh pendanaan dari Jepang melalui Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Ada berbagai proyek transisi energi yang diajukan. 

Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan, sebanyak 34 proyek ini merupakan bagian dari total 74 proyek di negara Asia yang diajukan dalam ASEAN Zero Emission Community (AZEC) 2nd Ministerial Meeting.

"Kali ini ada shortlist dari 78 proyek di negara Asia yang akan di-support Jepang dari JBIC. Indonesia mempunyai shorlist terbesar yaitu 34 proyek," kata Airlangga di Jakarta, Rabu (21/8).


Airlangga mengungkapkan, terdapat 15 proyek panas bumi termasuk tambahan usulan dari Jepang untuk Proyek Sarulla. Selanjutnya, proyek pengolahan sampah menjadi energi melalui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka, proyek pengelolaan kawasan Gambut di Kalimantan Tengah, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) oleh Kayan Hidro dengan potensi mencapai 9 GW. Melalui pengembangan PLTA, ditargetkan pula pengembangan industri turunannya seperti amonia dan hidrogen.

Tak sampai disitu, proyek-proyek lain yang diusulkan yakni meliputi Carbon Capture Utilization & Storage (CCUS). Salah satu proyek yang turut jadi prioritas dalam komitmen transisi energi AZEC yakni pengembangan Asean Power Grid.

Baca Juga: Luhut: Indonesia Tarik Investasi Singapura untuk Pengembangan EBT

"Asean Power Grid menjadi prioritas, tadi juga saya sampaikan grid listrik ini tidak hanya Jawa-Sumatera, tapi nyambung dengan Kepulauan Riau, Batam, Bintan dan Karimun," sambung Airlangga.

Meski demikian, Airlangga belum membeberkan lebih jauh besaran investasi dari kerjasama ini. Ia hanya berharap kerjasama ini dapat menghadirkan iklim yang mendukung pengembangan pembiayaan hijau di Indonesia, baik melalui pengembangan platform keuangan yang kolaboratif untuk memobilisasi investasi domestik maupun internasional, serta menciptakan instrumen keuangan yang inovatif maupun dengan mekanisme berbasis pasar yang efektif seperti melalui perdagangan karbon dan sistem perdagangan emisi.

Dalam kesempatan itu, Airlangga turut menyampaikan komitmen Indonesia dalam mendukung fasilitasi atas investasi pada proyek-proyek potensial lainnya seperti produksi Crude Coconut Oil (CCO) untuk Sustainable Fuel Aviation (SFA), pembangkit listrik tenaga panas bumi, pembangkit listrik tenaga air, produksi amonia hijau dan hidrogen hijau, penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCU/CCUS), serta biomassa dan potensi investasi lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih