JAKARTA. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi optimis Indonesia akan menjadi negara eksportir kakao olahan terbesar di dunia. Harapan tersebut akan terealisasi dengan kebijakan pembebasan bea masuk (BM) biji kakao yang akan segera diteken. "Indonesia akan menjadi eksportir industri kakao baik setengah jadi atau jadi," kata Lutfi, Rabu (2/4). Dengan relaksasi impor biji kakao tersebut membuat produsen olahan biji kakao semakin bergairah lantaran ketersediaan bahan baku. Sejak pemberlakuan Bea Keluar (BK) biji kakao sejak tahun 2010 lalu industri pengolahan kakao dalam negeri menjadi berkembang dengan pesat. Lutfi optimis, dengan kebijakan baru tersebut Indonesia akan menjadi produsen cokelat terbesar di dunia dalam waktu lima tahun mendatang. Selama ini, Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir biji kakao nomor tiga di dunia setelah Ghana dan Pantai Gading. Namun dengan dukungan secara fiskal pembebasan bea masuk biji kakao ini, hal tersebut akan berubah. Lutfi bilang, untuk saat ini saja kekurangan bahan baku biji kakao yang dibutuhkan oleh industri pengolahan dalam negeri mencapai 100.000 ton-150.000 ton per tahun. Produksi biji kakao dalam negeri sendiri rata-rata hanya sebanyak 450.000 ton per tahun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Indonesia akan jadi eksportir kakao terbesar?
JAKARTA. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi optimis Indonesia akan menjadi negara eksportir kakao olahan terbesar di dunia. Harapan tersebut akan terealisasi dengan kebijakan pembebasan bea masuk (BM) biji kakao yang akan segera diteken. "Indonesia akan menjadi eksportir industri kakao baik setengah jadi atau jadi," kata Lutfi, Rabu (2/4). Dengan relaksasi impor biji kakao tersebut membuat produsen olahan biji kakao semakin bergairah lantaran ketersediaan bahan baku. Sejak pemberlakuan Bea Keluar (BK) biji kakao sejak tahun 2010 lalu industri pengolahan kakao dalam negeri menjadi berkembang dengan pesat. Lutfi optimis, dengan kebijakan baru tersebut Indonesia akan menjadi produsen cokelat terbesar di dunia dalam waktu lima tahun mendatang. Selama ini, Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir biji kakao nomor tiga di dunia setelah Ghana dan Pantai Gading. Namun dengan dukungan secara fiskal pembebasan bea masuk biji kakao ini, hal tersebut akan berubah. Lutfi bilang, untuk saat ini saja kekurangan bahan baku biji kakao yang dibutuhkan oleh industri pengolahan dalam negeri mencapai 100.000 ton-150.000 ton per tahun. Produksi biji kakao dalam negeri sendiri rata-rata hanya sebanyak 450.000 ton per tahun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News