Indonesia akan miliki 2.000 layar bioskop di 2018



JAKARTA. Bisnis bioskop di Indonesia sedang bergairah. Sejumlah pemain baru saat ini gencar melakukan ekspansi membangun bioskop baru.

Sampai awal 2016 nanti, jumlah layar bioskop yang ada di Indonesia akan menembus angka 1.000 layar.  “Melalui teknologi yang baru, usaha bioskop sedang bangkit. Semua operator melakukan penambahan layar, bukan hanya pengusaha bioskop besar, bioskop yang kecil juga ikut bergairah,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), Djonny Syafruddin, kepada wartawan di Jakarta, Kamis (4/6).  Bertambahnya jumlah layar bioskop ini adalah angin segar bagi industri film Indonesia. “Dengan jumlah layar yang semakin banyak, kesempatan bagi film-film Indonesia berkualitas untuk diputar di bioskop semakin terbuka lebar. Bahkan kami menunggu realisasi pengusaha bioskop untuk menambah 1.000 layar lagi selama dua tahun ke depan,” ujar Djonny Syafruddin. Blitzmegaplex dan Cinemaxx, memang menunjukkan agresivitas dan tekad untuk menambah lebih dari 1.000 layar. Jika itu terjadi, maka pada 2018, jumlah layar bioskop di Indonesia akan mencapai angka 2.000. Blitz yang dimiliki raksasa bisnis hiburan CJ (Korea) berencana membangun sejumlah bioskop baru di delapan lokasi di Surabaya, Bandung, Tangerang, Karawang, Cirebon, Jakarta, dan Yogyakarta, dengan total investasi sebesar Rp240 miliar. “Saat ini kami punya 93 layar di 12 lokasi. Sampai akhir tahun, kami targetkan sudah punya 150 layar dengan di 20 lokasi,” kata Direktur Public Relations dan Human Resources Blitzmegaplex Ferdiana Yulia Sunardi belum lama ini. 

Investasi jumbo dilakukan oleh Cinemaxx (Lippo Group) yang menyiapkan dana Rp 6 triliun untuk membangun 1.000 layar bioskop di 85 kota di Indonesia dalam lima tahun ke depan. CEO Cinemaxx, Brian Riady, kepada media menyatakan perusahaannya bertekad menjadi jaringan bioskop terbesar dan paling disukai di Indonesia. Sampai saat ini, Cinemaxx memiliki 51 layar di 10 lokasi, jumlah ini hampir dua kali lipat ketika mereka pertama kali memperkenalkan diri di tahun 2014. Dengan dibukanya 6 layar Cinemaxx di Lippo Plaza Yogyakarta hari ini (kamis 4/6/15), jumlah layar di Indonesia menjadi 1002 layar di 193 lokasi. Saat ini jumlah layar bioskop terbanyak masih dipegang oleh jaringan Cinema XXI yang memiliki 780 layar pada 146 lokasi  di 33 kota di Indonesia. Diperkirakan jumlah tersebut akan bertambah menjadi 870 layar di akhir tahun 2015. “Kami menyambut sangat baik kehadiran pemain-pemain baru dan berharap mereka membuka bioskop di daerah-daerah yang selama ini belum tersentuh bioskop,” kata Corporate Secretary Cinema XXI Catherine Keng. Selain tiga operator besar tersebut, masih ada bioskop yang dikelola oleh Platinum, New Star, dan sejumlah bioskop independen yang memiliki sekitar 80 layar. Menurut Djonny Syafruddin, bioskop independen atau bioskop non-jaringan juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. “Beberapa kota yang dulunya tidak ada bioskop kini sudah mulai ada beberapa layar,” katanya.  Lebih lanjut dijelaskan, pertumbuhan bisnis bioskop sangat tergantung kepada tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat, terutama kelas menengah, di suatu negara. Jika ekonomi membaik dan pendapatan masyarakat meningkat, industri bioskop dengan sendirinya akan meningkat pula.    “Menonton bioskop itu bagi kebanyakan orang bukan kebutuhan primer, mungkin kebutuhan sekunder atau bahkan tersier. Artinya orang akan pergi ke bioskop jika kebutuhan primer atau sekundernya sudah terpenuhi,” ujar Djonny.    Karena itu, lanjutnya, perbandingan jumlah bioskop dengan penduduk di negara yang ekonominya maju pada umumnya lebih besar dibandingkan di negara berkembang. Malaysia, misalnya, memiliki jumlah layar bioskop yang hampir sama dengan Indonesia yakni 920 layar, padahal jumlah penduduk Malaysia hanya seperdelapan dari Indonesia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan