KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia bakal kembali melakukan impor beras di tahun depan. Hal tersebut lantaran produksi dalam negeri diperkirakan masih belum kembali normal di tahun depan dampak dari adanya El Nino. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, Indonesia sudah mengamankan 3 juta ton beras berasal dari komitmen India dan Thailand. Perinciannya, 2 juta ton diamankan dari Thailand dan 1 juta ton dari India. Pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai, rencana tersebut sebagai antisipasi dari masa tanam dan panen yang mundur. Meski demikian, dia menegaskan agar kebijakan impor pangan dapat dilakukan secara cermat.
Hal tersebut agar masuknya impor beras tak berbarengan dengan masa panen tahun depan. Serta jumlah impor yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Oleh karenanya dibutuhkan penghitungan yang tepat.
Baca Juga: Indonesia akan Impor Beras 3 Juta Ton dari India dan Thailand "Yang penting kuota impor itu dihitung cermat berapa kebutuhannya dan kapan datangnya. Jangan sampai malah jadi mudarat karena datang saat panen raya," kata Khudori dihubungi Kontan.co.id, Selasa (26/12). Mengenai rencana impor 3 juta ton yang sudah mendapatkan komitmen dari Thailand dan India, Ia mengatakan, belum menghitung lagi apakah kebutuhan tahun depan memang sebesar itu. Khudori menceritakan, ekor dampak dari El Nino membuat paceklik lebih lama. Pada awal Desember lalu saat ia ke Jember naik kereta dari Jakarta, sebagian wilayah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Timur dan juga Jawa Timur, mayoritas sawah masih bera (kurang produktif). Dia menambahkan, hanya sebagian kecil sawah yang terlihat sudah menyiapkan bibit padi. "Semula saya perkirakan Desember ini sudah tanam serentak karena hujan sudah merata. Tapi ini meleset. Sebagian besar wilayah Jawa sepertinya baru tanam di awal Januari. Ini berarti paceklik bertambah panjang lagi," kata dia.
Baca Juga: Mendag: Harga Bapok Stabil, Inflasi Terkendali, dan Pasokan Lancar Adapun jika merujuk data KSA BPS terbaru, produksi beras di Februari 2024 diperkirakan hanya separuh dari Februari 2023. Demikian juga dengan produksi bulan Maret 2024 juga diperkirakan akan sama.
Apabila hal tersebut terjadi maka kemungkinan produksi tahun depan bisa lebih rendah lagi dari tahun ini. Dengan demikian panen kemungkinan juga akan mundur pada Mei 2024. "Ekor dampak El Nino ke mana-mana dan masih panjang," ujarnya. Pemerintah menurutnya harus memastikan bagaimana hasil dari tanam cepat atau tanam culik yang dilakukan Kementerian Pertanian. "Saat SYL (Mantan Menteri Pertanian) masih menjabat kan bilang nyiapin 500.000 hektare lahan untuk antisipasi. Ini perlu ditanya ke Kementan bagaimana hasil dan progresnya," ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie