Indonesia Battery Corporation akan Produksi 45 GWH Baterai Kendaraan Listrik di 2034



KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Anak perusahaan PT Mineral Industri Indonesia atau MIND ID, PT Indonesia Battery Corporation (IBC) akan memproduksi 45 Giga Watt Hour (GWH) baterai kendaraan listrik pada 2034. Melalui ekspansinya ini, IBC akan berperan signifikan pada target Indonesia menjadi pemasok 50% kebutuhan baterai kendaraan listrik dunia. 

Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso menjelaskan, berdasarkan peta jalan transisi net-zero dari Mckinsey, memperkirakan akan ada peningkatan permintaan baterai EV global menjadi 5.000 GWH pada tahun 2030 dan akan mencapai 12.700 GWH pada tahun 2040. Adapun Indonesia diproyeksikan akan memasok 50% kebutuhan baterai EV global di masa itu. 

Sejalan dengan itu, IBC diperkirakan akan memproduksi 45 GWH baterai  kendaraan listrik pada 2034. 


Baca Juga: Sederet Aksi Korporasi MIND ID, dari Transisi Energi hingga Hilirisasi Tambang

“MIND ID bertujuan untuk menjadi 5 perusahaan pertambangan global teratas pada tahun 2033, kami siap berkontribusi terhadap pemenuhan permintaan global akan bahan baterai EV melalui produk olahan kami yang berasal dari komoditas yang ada serta komoditas potensial di masa depan,” ujarnya dalam acara ASEAN Energy Business Forum bertajuk “Critical Minerlas: Opportunities and Challenges for ASEAN di Nusa Dua, Bali Jumat (25/8). 

Sejalan dengan targetnya, Hendri menyatakan, pasokan bahan mineral mentah sangat penting sehingga harus diambil dari cadangan sekunder. Oleh karenanya, holding perusahaan tambang pelat merah ini akan menerapkan ekstraksi total untuk memulihkan mineral-mineral tersebut dari produk sampingan proses hilir sebagai bagian dari inisiatif ekonomi sirkular. 

“Namun, inisiatif ini mengharuskan kami mengatasi tantangan teknologi untuk mengekstraksi mineral penting yang berkadar rendah dari cadangan sekunder,” ujarnya. 

Untuk mengatasi tantangan geografis, teknologi, dan ekonomis sirkular untuk ekstraksi, diperlukan kolaborasi dan aliansi antara negara-negara yang menyimpan cadangan mineral melimpah. Tidak lupa, menjalin kerja sama dengan negara-negara pemimpin teknologi untuk membangun industri berbasis energi bersih yang berkelanjutan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi