KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya Indonesia dalam mengejar bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) demi tercapainya target Net Zero Emission pada 2060 kian mendapat dukungan banyak pihak. SUN Energy, sebagai perusahaan pengembang energi surya meyakini lewat pemanfaatan teknologi hijau di Ibu Kota Negara Baru merupakan wujud komitmen yang bisa meningkatkan target bauran energi dan memaksimalkan potensi energi surya di Indonesia. Dionpius Jefferson selaku Chief Commercial Officer SUN Energy mengatakan hingga kini SUN turut mendukung dalam penerapan energi baru terbarukan di Ibu Kota Negara Baru (IKN).
"SUN Energy juga terus berupaya dalam memberikan kemudahan akses pemanfaatan PLTS kepada berbagai industri. Melalui dukungan para mitra kerja kami, SUN Energy dapat terus memperlebar kiprahnya di industri ini,” ujar Dion dalam Diskusi bertemakan Mengejar Target Bauran Energi Melalui Pemanfaatan Teknologi Hijau di Ibu Kota Negara Baru, Kamis (31/3).
Baca Juga: PLTS Atap Dukung Perkembangan Industri Hijau Penerapan energi surya memang tidak terlepas dari teknologi hijau. Teknologi ini adalah konsep pemanfaatan teknologi yang berbasis pada lingkungan. Diketahui bahwa pemanfaatan teknologi hijau telah diperkenalkan sebagai salah satu visi kehadiran Ibu Kota Negara (IKN), Nusantara, melalui Lampiran II Salinan Undang-Undang No. 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara. Di mana salah satu penggerak utama IKN, Nusantara adalah Klaster Industri Teknologi Bersih yang memiliki misi penyediaan produk pendukung mobilitas dan utilitas yang ramah lingkungan, dan pengembangan pada sektor ini akan berfokus pada perakitan panel surya dan kendaraan listrik roda dua. Ade Irfan Pulungan, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Republik Indonesia menuturkan Ibu Kota Negara Baru Nusantara akan diperkenalkan sebagai kota masa depan di Indonesia yang dapat menjadi wajah baru Indonesia di kancah dunia. "Melalui pengenalan konsep serta penerapan teknologi hijau di IKN, tentu akan menunjang pemanfaatan Energi Baru Terbarukan demi tercapainya target Indonesia bebas emisi karbon,” sebut Ade Irfan Pulungan. Lebih lanjut, RR Sri Gadis Pari Bekti selaku Pejabat Fungsional Analis Kebijakan Pusat Industri Hijau, Kemenperin RI memaparkan beragam kegiatan pembangunan rendah karbon kian digalakkan. “Kemenperin RI terus berupaya dalam meningkatkan efisiensi sumber daya industri dalam pengembangan industri berkelanjutan, dan secara aktif melakukan fasilitasi serta sosialisasi kepada para pelaku industri terkait dengan industri hijau,” ujar RR Sri Gadis Pari Bekti. Di samping itu, Hendra Iswahyudi, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia menjelaskan bahwa potensi energi surya sebagai EBT yang dimiliki Indonesia mencapai 3.295 GW, namun setelah diketahui realisasinya baru mencapai 0.3% dari target yang telah ditentukan. "Capaian tersebut tentunya memacu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI untuk terus mengambil langkah besar melalui pencanangan kebijakan strategis yang akan mendukung perkembangan Energi Baru Terbarukan (EBT),” jelas Hendra.
Baca Juga: Proyek PLTS Atap SUN Energy Terdaftar di Platform Blockchain Fabby Tumiwa selaku Ketua Umum AESI atau Asosiasi Energi Surya Indonesia mengajak dan mengimbau untuk kalangan masyarakat menggunakan PLTS dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan dengan kehadiran wacana Ibu Kota Baru, AESI memproyeksikan potensi pemanfaatan energi surya, khususnya PLTS mampu memiliki kapasitas 2,500 sampai 8,100 MWp. Pada kesempatan yang sama, Huawei Digital Power sebagai salah satu pelaku industri yang berfokus pada perkembangan teknologi hijau juga turut mendukung penerapan Energi Baru Terbarukan. "Huawei Digital Power telah mendukung PLTS di seluruh dunia dengan total 220 GW. Angka tersebut terus memacu kami untuk memberikan dampak terhadap akselerasi revolusi energi di Indonesia,” ungkap Ali Hanif selaku Senior Product Manager, Huawei Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto