Indonesia berpeluang menambah ekspor LNG



JAKARTA. Gempa dan tsunami yang melanda Jepang telah meledakkan reaktor nuklir Fukushima Daiichi. Alhasil, Jepang pun telah menutup 11 pembangkit listrik tenaga nuklirnya.

Seiring surutnya pasokan energi itu, Jepang diprediksi akan banyak mengimpor minyak dan gas (migas) untuk menambal kebutuhannya. Ini merupakan peluang bagi Indonesia, salah satu pengekspor gas alam cair (LNG) terbesar untuk Jepang.

Sekretaris Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Syahrial Loetan menjelaskan, Jepang akan mencari energi alternatif untuk menutupi kehilangan pasokan energi akibat ledakan Fukushima Daiichi. Jadi, ada kemungkinan Jepang akan meningkatkan impor migas dan batubara.


Jika benar Jepang membuka keran impor energi lebih besar, Indonesia berpotensi mengisinya. Maklum, Jepang adalah pasar ekspor migas terbesar Indonesia setelah Korea Selatan.

Menurut Syahrial, kebutuhan listrik di Jepang, sekitar 30% dari nuklir, 30% dari LNG, dan 25% dari batubara. "Kalau Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) hancur, berarti untuk menutupi kapasitasnya dia akan mengimpor LNG lebih besar, Indonesia bisa masuk di situ,” harapnya.

Tetapi, patut diingat pula bahwa kebijakan impor sulit diambil di tengah kondisi Jepang saat ini. Syahrial menegaskan, hingga saat ini ia belum mendengar permintaan peningkatan ekspor LNG dan minyak dari Jepang.

Kebutuhan LNG Jepang

Pengamat perminyakan Kurtubi memperkirakan, dalam waktu dekat atau sekitar satu dua pekan ke depan, Jepang akan membutuhkan pasokan solar untuk kebutuhan genset bagi rumah tangga dan industri. Jadi, mereka akan impor bahan bakar minyak dalam jumlah besar. "Untuk jangka panjang, peran PLTN akan dikurangi karena kejadian belakangan ini, dan kemungkinan akan beralih ke batu bara dan gas,” ujarnya.

Selama ini, selain ke Jepang, Indonesia juga banyak mengekspor gas dan batubara ke Meksiko. Dengan peluang ini, pemerintah bisa mengalihkan ekspor dari Meksiko ke Jepang. Terlebih, jika ke depannya pemerintah Jepang akan mengurangi energi nuklirnya.

Jepang merupakan pengimpor LNG terbesar dunia. Sebab negeri Matahari Terbit ini tak memiliki kilang pengolahan gas maupun pipa-pipa gas. Maka Jepang pun tergantung pada LNG atas gas alam yang telah didinginkan sehingga berbentuk cair itu.

Kepada Bloomberg, Analis Philip Dodge dari Tuohy Brothers di New York mengatakan, Jepang akan membangun lagi reaktor nuklir baru. Untuk keperluan itu pula, gas menjadi pilihan utama pasokan energi dan batubara yang kedua.

Menurut Badan Nuklir dan Ketahanan Industri Jepang, pasokan energi dibutuhkan guna mendinginkan reaktor nuklir saat ini. Adapun Barclays Capital menghitung, jika semua pasokan energi nuklir diganti LNG, Jepang perlu mengimpor 1 miliar-1,2 miliar kaki kubik gas per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini