KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah kian serius menggarap potensi Aspal Buton (Asbuton) yang melimpah. Tak hanya untuk mencukupi kebutuhan di dalam negeri, potensi aspal Indonesia juga berpeluang untuk mengisi pasar ekspor. Asbuton sendiri merupakan jenis aspal alami yang secara spesifik terdapat di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Aspal ini hanya dapat ditemukan di dua wilayah di dunia, yakni di Indonesia dan di Trinidad, Amerika Selatan. Asbuton di Indonesia memiliki potensi sebesar 694 juta ton. Pemerintah pun akan melakukan validasi terhadap data cadangan terbukti dan cadangan tertambang oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM).
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Ayodhia G.L. Kalake dan tim melakukan kunjungan kerja ke Pulau Buton, Sulawesi Tenggara pada Senin (1/2).
Baca Juga: Cek kesiapan aspal Buton, pemerintah kunjungi produksi tambang Wika Bitumen Kunjungan itu untuk menindaklanjuti rapat koordinasi yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada Januari 2021 lalu. Ayodhia menyampaikan, kunjungan tersebut bertujuan untuk meninjau kesiapan industri Asbuton juga infrastruktur pendukung, seperti pembangunan akses dan pelabuhan, serta tata kelola izin usaha pertambangan (IUP). Beberapa titik yang dikunjungi, antara lain lokasi tambang PT Wijaya Karya Bitumen, Pelabuhan Nambo, Pabrik PT Kartika Prima Abadi, dan Pelabuhan Banabungi PT Wika Bitumen. Ayodhia menegaskan bahwa sumber daya alam ini merupakan kesempatan yang bisa dikembangkan oleh dalam negeri. “Tujuan kami ke sini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang potensi yang ada di wilayah Buton. Kami datang ke sini karena kami juga ingin memastikan tentang kesiapan fasilitas pendukung, baik infrastruktur maupun sarana prasarana agar nantinya distribusi Asbuton bisa berjalan dengan baik,” ungkap Ayodhia dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/2). Kata dia, Asbuton di Indonesia memiliki potensi yang besar. Sayangnya, saat ini pemenuhan kebutuhan aspal nasional masih didominasi oleh impor karena penggunaan Asbuton masih belum maksimal. Di Indonesia sendiri terdapat 16 perusahaan yang bergerak dalam industri Asbuton. Lebih lanjut, Direktur Operasi PT Wijaya Karya (Wika) Bitumen Sri Mulyono menyampaikan bahwa Asbuton juga berpotensi untuk mengisi pasar ekspor. “Selain sebagai penghasil Asbuton untuk kebutuhan dalam negeri, Indonesia juga berpeluang untuk menjadi negara pengekspor Asbuton Murni yang setara dengan Aspal Minyak pada tahun 2024 dengan rencana pengembangan ekspansi pabrik full extraction,” ungkap Sri Mulyono. Hal senada juga disampaikan oleh Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi. Menurutnya, Indonesia telah membangun jalan dengan Asbuton sejak tahun 1926, tetapi baru kali ini industri Asbuton dibangun menggunakan high technology. Ia pun berharap industri Asbuton ini dapat segera terealisasi karena sudah ada kebijakan pemerintah yang mengatur. Sebagai informasi, terdapat tujuh jenis Aspal Buton, yakni B 5/20 Buton Granular Asphalt (BGA), B 50/30 Lawele Granular Asphalt (LGA), pracampur performance grade (PG) 70, pracampur PG 76, pracampur, cold paving hot mix Asbuton (CPHMA), dan Asbuton Murni. Dengan kapasitas terpasang sebanyak 1.995.000 ton per tahun, target produksi di Indonesia pada tahun 2021 baru sepertiganya, yakni sebesar 705,300 ton per tahun. Direktur Utama PT Kartika Prima Abadi Irwan Hermanto mengatakan, untuk pengolahan ekstraksi tahap 1 di Buton, pabrik memiliki kapasitas terpasang sebanyak 100.000 ton aspal ekstrak. Sedangkan di ekstraksi tahap 2 di tahun 2025, pabrik akan memiliki kapasitas terpasang sebanyak 500.000 ton aspal ekstrak per tahun. Pada tahun ini, diharapkan pemanfaatan Asbuton sebagai produk dalam negeri dapat meningkat sehingga bisa menaikan nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 30%-89%. Untuk mewujudkan hal tersebut Ayodhia mengatakan bahwa diperlukan usaha dari berbagai aspek, mulai dari sektor hulu atau industri pertambangan, hingga sektor hilir atau industri pengolahan tambang. Terkait sektor industri, perlu diperhatikan kesiapan untuk mengolah Asbuton menjadi produk yang sesuai dengan permintaan konstruksi jalan sehingga Asbuton dapat mulai digunakan untuk jalan desa, kabupaten/kota, dan provinsi di Indonesia, tentunya untuk kebutuhan jangka panjang negara.
“Penyiapan infrastruktur pelabuhan dan jalan akses menjadi sangat penting untuk dapat mengirim produk Asbuton ke seluruh wilayah di Indonesia,” sebut Ayodhia. Apabila hingga tahun 2025 terjadi peningkatan kapasitas Asbuton sebesar 33%, maka Asbuton akan mampu memenuhi kebutuhan aspal nasional sebesar 49,36%. Sisanya, sebesar 37,08% kebutuhan aspal akan diisi oleh Aspal Minyak Pertamina dan 13,61% akan diisi oleh Aspal Minyak Impor. “Guna mencapai target tersebut, penggunaan Asbuton perlu memperoleh dukungan untuk menjadi prioritas, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, agar dapat digunakan dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan desa,” imbuh Ayodhia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat