JAKARTA. Barang produksi Indonesia yang masih bisa dijadikan potensi ekspor ke Libya antara lain sepatu dan produk tekstil.Wakil Ketua Umum KADIN Bidang kerjasama Ekonomi Internasional John A Prasetyo mengatakan, dengan pulihnya perdagangan Libya dengan negara lain maka pendapatan Libya semakin besar. "Artinya akan mulai ada spending atau belanja produk-produk baru dari negara lain, dan peluang inilah yang akan kita manfaatkan," kata John. Tapi hingga saat ini Indonesia belum memiliki kesepakatan kerjasama bisnis di sektor ini dengan Libya.Ke depan rencananya Kadin akan bekerjasama dengan Kadin Libya untuk membicarakan peluang kejasama ini.Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) Eddy Widjanarko menambahkan selama ini produk sepatu Indonesia sudah mulai masuk ke Libya. Sayangnya, produk sepatu Indonesia masuk ke Libya melalui pihak ketiga yaitu melalui trader dari Dubai. Menurut Eddy, sebenarnya potensi Libya sebagai pasar tujuan Ekspor Indonesia masih cukup besar. "Jenis sepatu yang banyak diminati adalah sepatu kulit dan kasual," ujar Eddy. Ia mengakui, akhir pekan lalu Asprisindo sudah dihubungi oleh pihak Kadin mengenai peluang kerjasama ekspor sepatu dengan LIbya. "Potensi ini memang patut kita garap, tapi perlu ada komitmen dan tindak lanjut yang serius dari kedua belah pihak untuk mewujudkannnya," kata Eddy. Menurutnya, seringkali wacana yang ada di tingkat organisasi tidak selalu langsung diikuti dengan kerjasama bisnis yang nyata. "Kadang peluang besar, tapi kerjasama nyatanya tidak ada, karena hanya janji-janji," imbuh Eddy.Sebenarnya, imbuh Eddy akan lebih efektif jika dilakukan promosi atau pameran perdagangan langsung. "Jadi kita bikin pameran langsung ke negara mereka dengan membawa contoh produk. Itu lebih efektif," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Indonesia Bisa Ekspor Sepatu ke Libya
JAKARTA. Barang produksi Indonesia yang masih bisa dijadikan potensi ekspor ke Libya antara lain sepatu dan produk tekstil.Wakil Ketua Umum KADIN Bidang kerjasama Ekonomi Internasional John A Prasetyo mengatakan, dengan pulihnya perdagangan Libya dengan negara lain maka pendapatan Libya semakin besar. "Artinya akan mulai ada spending atau belanja produk-produk baru dari negara lain, dan peluang inilah yang akan kita manfaatkan," kata John. Tapi hingga saat ini Indonesia belum memiliki kesepakatan kerjasama bisnis di sektor ini dengan Libya.Ke depan rencananya Kadin akan bekerjasama dengan Kadin Libya untuk membicarakan peluang kejasama ini.Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) Eddy Widjanarko menambahkan selama ini produk sepatu Indonesia sudah mulai masuk ke Libya. Sayangnya, produk sepatu Indonesia masuk ke Libya melalui pihak ketiga yaitu melalui trader dari Dubai. Menurut Eddy, sebenarnya potensi Libya sebagai pasar tujuan Ekspor Indonesia masih cukup besar. "Jenis sepatu yang banyak diminati adalah sepatu kulit dan kasual," ujar Eddy. Ia mengakui, akhir pekan lalu Asprisindo sudah dihubungi oleh pihak Kadin mengenai peluang kerjasama ekspor sepatu dengan LIbya. "Potensi ini memang patut kita garap, tapi perlu ada komitmen dan tindak lanjut yang serius dari kedua belah pihak untuk mewujudkannnya," kata Eddy. Menurutnya, seringkali wacana yang ada di tingkat organisasi tidak selalu langsung diikuti dengan kerjasama bisnis yang nyata. "Kadang peluang besar, tapi kerjasama nyatanya tidak ada, karena hanya janji-janji," imbuh Eddy.Sebenarnya, imbuh Eddy akan lebih efektif jika dilakukan promosi atau pameran perdagangan langsung. "Jadi kita bikin pameran langsung ke negara mereka dengan membawa contoh produk. Itu lebih efektif," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News