KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia dihadapkan dengan darurat pangan seiring dengan adanya isu perubahan iklim. Head of Research dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Aditya Alta menilai insiden El Nino pada tahun 2023 berimbas pada meningkatnya kekeringan dan insiden cuaca ekstrem membuat daerah sumber pangan Indonesia, khususnya Pulau Jawa kewalahan. Dengan kondisi demikian, menurutnya perlu mitigasi cepat dan tepat, salah satunya melalui intensifikasi lahan dan perbaikan irigasi untuk mendukung sistem pertanian berkelanjutan.
Baca Juga: PTPN Group Gandeng Bank Mandiri, Dorong Pembiayaan Fleksibel untuk Petani Tebu "Intensifikasi lahan yang fokus pada pemanfaatan lahan yang sudah ada dengan menggunakan input pertanian berkualitas bisa mendukung sistem pertanian berkelanjutan," katanya dalam keterangan, Selasa (12/8). Aditya juga menyebut upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan sangat mendesak untuk mengatasi seluruh tantangan yang ada di sektor pertanian. Statistik dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian menunjukkan produktivitas padi di Indonesia sepanjang Januari-Desember 2023 hanya mencapai 53,98 juta ton gabah kering giling (GKG). "Ini mengalami penurunan sebanyak 767,98 ribu ton GKG (1,40%) dibandingkan 2022 yang sebesar 54,75 ton GKG," ucapnya. Baca Juga: Target 60.000 Ha Peremajaan, Begini Cara PalmCo Gandeng Semua Petani Sawit Indonesia Sementara produksi jagung pipilan kering sepanjang Januari-Desember 2023 mencapai 19,99 juta ton mengalami penurunan sebesar 2,37 juta ton (10,61%) dibanding tahun 2022 yang sebesar 22,36 juta ton. Di lain sisi, Indonesia diramal akan mengalami pengurangan lahan produktif seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang terus berlangsung.