KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia sedang mendorong negosiasi dengan Uni Eropa terkait perdagangan kedua belah pihak. Negosiasi ini terkait perdagangan dan investasi dengan Uni Eropa melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Negosiasi yang dilakukan salah satunya untuk mengantisipasi resolusi parlemen Uni Eropa yang dapat mengganggu proses kerja sama kedua belah pihak. Contoh, kampanye negatif yang digunakan untuk menekan ekspor palm oil Indonesia. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meyakinkan meskipun banyak keributan yang ditimbulkan kampanye negatif tersebut, ekspor kelapa sawit tetap meningkat. Eropa masih merupakan pasar terbesar kedua setelah India untuk palm oil Indonesia. Market share ekspor kelapa sawit ke Eropa mencapai 52%. Disusul market share ke Malaysia sebesar 48%. Pada 2016, 10% dari total ekspor Indonesia ditujukan ke Eropa. Indonesia pun merupakan mitra dagang terbesar keempat di dunia setelah China, Amerika Serikat dan Jepang. Airlangga menambahkan, Indonesia juga memiliki produk penting seperti tekstil, pakaian dan foodwear. Ketiga produk tersebut dikenakan bea masuk sebesar 12%, sedangkan minyak kelapa sawit 0% kecuali beberapa produk turunan yang terkena bea masuk 10%. Rina Oktaviani, ekonom senior Institute for Development of economics and Finance (INDEF) mengatakan, efek kampanye negatif terhadap produksi palm oil Indonesia tidak terlihat. Tetapi, ia tetap mengharapkan Indonesia dan Uni Eropa dapat bekerja sama sehingga Indonesia berkesempatan mendapat transfer and adoption technology dari Uni Eropa. Saat ini Indonesia masih tersendat dalam memenuhi standar produk yang diberlakukan Uni Eropa. Meski begitu, Rina menekankan para pebisnis harus memanfaatkan aturan yang ada.
Indonesia desak negosiasi dagang dengan Uni Eropa
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia sedang mendorong negosiasi dengan Uni Eropa terkait perdagangan kedua belah pihak. Negosiasi ini terkait perdagangan dan investasi dengan Uni Eropa melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Negosiasi yang dilakukan salah satunya untuk mengantisipasi resolusi parlemen Uni Eropa yang dapat mengganggu proses kerja sama kedua belah pihak. Contoh, kampanye negatif yang digunakan untuk menekan ekspor palm oil Indonesia. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meyakinkan meskipun banyak keributan yang ditimbulkan kampanye negatif tersebut, ekspor kelapa sawit tetap meningkat. Eropa masih merupakan pasar terbesar kedua setelah India untuk palm oil Indonesia. Market share ekspor kelapa sawit ke Eropa mencapai 52%. Disusul market share ke Malaysia sebesar 48%. Pada 2016, 10% dari total ekspor Indonesia ditujukan ke Eropa. Indonesia pun merupakan mitra dagang terbesar keempat di dunia setelah China, Amerika Serikat dan Jepang. Airlangga menambahkan, Indonesia juga memiliki produk penting seperti tekstil, pakaian dan foodwear. Ketiga produk tersebut dikenakan bea masuk sebesar 12%, sedangkan minyak kelapa sawit 0% kecuali beberapa produk turunan yang terkena bea masuk 10%. Rina Oktaviani, ekonom senior Institute for Development of economics and Finance (INDEF) mengatakan, efek kampanye negatif terhadap produksi palm oil Indonesia tidak terlihat. Tetapi, ia tetap mengharapkan Indonesia dan Uni Eropa dapat bekerja sama sehingga Indonesia berkesempatan mendapat transfer and adoption technology dari Uni Eropa. Saat ini Indonesia masih tersendat dalam memenuhi standar produk yang diberlakukan Uni Eropa. Meski begitu, Rina menekankan para pebisnis harus memanfaatkan aturan yang ada.