Indonesia Diprediksi Sudah Masuk Fase Endemi Covid-19 Tahun Depan



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tahun depan Indonesia diperkirakan sudah masuk ke fase endemi Covid-19.  Syaratnya, Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono bilang, perlu dibarengi dengan vaksinasi yang tidak berhenti dan bisa mencapai 100%, sehingga setiap individu mempunyai ketahanan imunitas.

Ia melihat, Indonesia mempunyai tingkat kekebalan individu yang tinggi, terutama di DKI Jakarta, Dalam pengamatannya, penduduk di DKI mempunya kekebalan hibrid, karena sebelumnya sudah mempunyai imunitas dari infeksi, lalu mendapatkan vaksin untuk dosis kesatu dan kedua. 

Pandu mengatakan, program vaksinasi dasar tersebut adalah booster bagi orang yang sudah terinfeksi sebelumnya. “Jadi program vaksinasinya membooster orang-orang yang sudah punya kekebalan, dari dua kombinasi ini, imunitasnya lebih tinggi,” katanya dalam dialog publik Persiapan Mudik Nataru dan Outlook 2022 secara virtual, Kamis (23/12).


Baca Juga: Update WHO: Kasus Covid-19 Global Tembus 275 Juta, Kematian Lebih dari 5 juta

Ia juga optimistis di tahun depan, walaupun tanpa booster, vaksinasi dasar sudah andal. “Yang penting vaksinasi dasar, di mana dua dosis harus cepat dikejar semua, itu memberikan booster untuk yang pernah divakasinasi oleh alam,” katanya.

Pandu menambahkan, vaksinasi dasar atau lengkap ini yang membuat Indonesia tidak ada lonjakan kasus Covid-19. Ia melihat, yang terinfeksi lalu masuk rumah sakit dan meninggal itu lebih banyak yang belum ikut vaksinasi sebelumnya.

Menurutnya, yang terpenting saat ini adalah vaksinasi dan memakai masker, karena menjaga kerumunan dan menjaga jarak hampir tidak mungkin untuk dilakukan. 

“Dua itu minimal, bisa memberikan kestabilan sampai 2022, sehingga pemulihan ekonomi lancar, semua kegiatan lancar, cuma vaksinasi dan pakai masker, sampai semua penduduk di indonesia sudah vaksinasi, boleh bebas tidak usah pakai masker,” katanya.

Untuk varian omicron, Pandu bilang, virus ini sebenarnya tidak menyebabkan gejala berat, karena replikasi terjadi di saluran pernafasan atas, tidak di paru-paru, sehingga probabilitas untuk bergejala berat lebih sedikit.

“Karena replikasi di paru-parunya berkurang, sehingga tidak berat, tidak akan kaya dulu, kekurangan oksigen, orang butuh oksigen, dan sampai sekarang di Afrika Selatan sudah turun landai,” katanya.

Baca Juga: Duh, Kasus Omicron di Indonesia Bertambah 3 Lagi, Total Jadi 8 Kasus

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat