Indonesia diserbu tembakau impor



JAKARTA. Kementerian Pertanian menyebutkan, impor tembakau ke Indonesia masih tinggi dibandingkan volume ekspornya. Karena itu, perlu adanya peningkatan jumlah produksi lokal untuk meningkatkan kinerja ekspor tembakau. "Mulai tahun 2007 sampai dengan 2012 volume perdagangan impor tembakau masih tinggi di Indonesia," kata Nunowo Parijo, Direktur Budidaya Tanaman Semusim Ditjen Perkebunan Kementan dalam seminar Dampak Aksesi FCTC bagi industri hasil tembakau di Hotel Bidakara Jakarta Selasa (24/12). Tingginya impor tembakau lantaran produk hasil industri dalam negeri banyak yang terserap oleh kebutuhan perusahaan industri tembakau, sehingga yang diekspor hanya sedikit.

"Memang masalah supply dan demand antara persediaan dan kebutuhan," ucap Parijo. Tembakau impor mayoritas berasal dari China, India, dan ada beberapa dari Thailand. "Tahun 2012 yang lalu volume impor tembakau itu mencapai 137.425,70 ton, sedangkan untuk tahun ini data belum ada," imbuh Parijo. Menurut dia, salah satu hal yang perlu dilakukan yaitu dengan meningkatkan produksi. Peningkatan produksi ini dapat berjalan apabila ada peningkatan lahan untuk menanan tembakau.

"Untuk pasar yang belum jenuh, permintaan untuk tembakau masih ada sehingga ditingkatkan supply ke pasar tersebut," ucapnya. Sekadar informasi pada tahun 2007 sampai dengan 2012 impor tembakau pengalami peningkatan jika dibandingkan dengan jumlah ekspornya.


Pada tahun 2007, misalnya, tercatat ekspor tembakau sebanyak 39.296,58 ton. Sedangkan impor tembakau mencapai 46.956,83 ton. Pada tahun 2008, ekspor tembakau naik menjadi 50.267,85 ton, namun volume impornya juga melejit jadi 77.302,24 ton.

Pada tahun 2009 tercatat untuk ekspor sebesar 52.515,19 ton, sedangkan untuk impor sebanyak 53.198,34 ton.

Pada tahun 2010, ekspor sebanyak 57.408,22 ton sedangkan untuk impor sebanyak 65.685,47.

Lalu, pada 2011, ekspor tembakau 38.904,70 ton dan impor 106.570,46 ton. Pada tahun 2012 ekspor tercatat 37.110,46 ton, sedangkan impor melonjak mencapai 137.425,70 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan