JAKARTA. Meski pasokan gas untuk kebutuhan domestik masih kurang, tetapi pemerintah sepertinya tak kuasa untuk menghentikan ekspor gas dari Indonesia. Alasannya adalah, Indonesia masih membutuhkan uang dari ekspor gas tersebut. Hal ini disampaikan oleh Jero Wacik, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). "Kenapa kita ekspor (gas)? Karena kita masih butuh uang masuk untuk pembangunan," kata Jero di acara 'Penandatanganan Perjanjian Jual Beli Minyak dan Gas' di kantornya ESDM, Jakarta, Rabu (26/12) Dia bilang, bahwa harga jual gas untuk ekspor (pasar internasional) lebih mahal dibandingkan jika dijual dalam pasar dalam negeri. Jero memberi contoh; harga jual gas untuk ekspor adalah US$ 16-US$ 20 per MMBTU, sementara harga jual gas dalam negeri hanya US$ 11- US$ 12 per MMBTU.
Indonesia ekspor gas karena butuh duit
JAKARTA. Meski pasokan gas untuk kebutuhan domestik masih kurang, tetapi pemerintah sepertinya tak kuasa untuk menghentikan ekspor gas dari Indonesia. Alasannya adalah, Indonesia masih membutuhkan uang dari ekspor gas tersebut. Hal ini disampaikan oleh Jero Wacik, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). "Kenapa kita ekspor (gas)? Karena kita masih butuh uang masuk untuk pembangunan," kata Jero di acara 'Penandatanganan Perjanjian Jual Beli Minyak dan Gas' di kantornya ESDM, Jakarta, Rabu (26/12) Dia bilang, bahwa harga jual gas untuk ekspor (pasar internasional) lebih mahal dibandingkan jika dijual dalam pasar dalam negeri. Jero memberi contoh; harga jual gas untuk ekspor adalah US$ 16-US$ 20 per MMBTU, sementara harga jual gas dalam negeri hanya US$ 11- US$ 12 per MMBTU.