Indonesia Eximbank hanya targetkan pembiayaan tumbuh 2% di 2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau yang biasa disebut Indonesia Eximbank menargetkan pembiayaannya tumbuh rendah, yakni sebesar 2% pada 2019. Padahal, pembiayaannya per 2018 tumbuh sebesar 7,8% secara tahunan menjadi Rp 109,15 triliun, dari Rp 101,01 triliun per 2017.

Sekretaris Perusahaan Indonesia Eximbank Dyza Rochadi mengatakan, sektor ekspor yang menjadi andalan dan fokus perusahaannya adalah yang memiliki manfaat sosial dan nilai ekonomi yang tinggi. 

“Khususnya bagi peningkatan daya saing ekspor dan penyerapan tenaga kerja,” kata dia saat dihubungi Kontan, Senin (18/3).


Ia mengatakan, tahun ini, sektor-sektor yang memiliki prospek cukup baik antara lain adalah industri tekstil dan produk tekstil (TPT), mebel dan kayu olahan, kopi, serta ikan dan hasil laut. 

Di samping itu, perusahaan ini juga akan terus mendukung sektor-sektor industri strategis dan bernilai tambah. “Serta mendukung upaya penetrasi ke negara tujuan ekspor non-tradisional,” ucap Dyza.

Meskipun pembiayaan hanya ditargetkan tumbuh 2%, Indonesia Eximbank menargetkan lini bisnis penjaminannya bisa tumbuh 25% pada tahun ini. 

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Desember 2018, jumlah lini bisnis penjaminan Indonesia Eximbank mencapai Rp 11,30 triliun atau naik 7,1% secara year on year (yoy).

Saat ditanya alasan memfokuskan pertumbuhan bisnis ke penjaminan, ia mengatakan bahwa proses bisnis penjaminan sebenarnya hampir sama dengan pembiayaan. “Bedanya, pembiayaan ada cash-nya, penjaminan tanpa cash,” kata dia.

Berdasarkan laporan keuangan Indonesia Eximbank 2018 yang telah diaudit, laba tahun berjalan perusahaan ini turun 83% yoy menjadi Rp 171,67 miliar. Padahal, laba tahun berjalannya per 2017 masih sebesar Rp 1,01 triliun. 

Menurut Dyza, penurunan laba ini disebabkan oleh peningkatan pencadangan kerugian seiring dengan peningkatan non-performing loan (NPL). Rasio NPL gross Indonesia Eximbank meningkat dari 6,81% per 2017 menjadi 13,73% per 2018. 

Sementara itu, NPL netto-nya meningkat dari 4,78% per 2017 menjadi 10,31% per 2018. Begitu juga dengan penyisihan pencadangan kerugiannya yang naik dari Rp 928, 89 miliar per 2017 menjadi Rp 1,7 triliun per 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi