JAKARTA. Indonesia harus segera berbenah untuk menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015. Meski Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar, Indonesia perlu meningkatkan daya saing produknya agar pasar domestik yang besar tak dimanfaatkan negara lain. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan, Indonesia adalah salah satu negara di ASEAN yang memiliki kinerja pertumbuhan ekonomi cukup baik. Karena itu, Indoneisa perlu mempersiapkan diri menghadapi AEC. Sebab, "Pada tahun 2015 nanti, kawasan kita akan menjadi pasar tunggal dengan persaingan ekonomi yang tinggi," ungkapnya Kamis (19/4). Menurutnya, Indonesia sebenarnya memiliki peluang besar untuk bisa menghadapi pasar Asean. SBY mencontohkan, kelas menengah Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada 2012 lalu, ikelas menengah di Indonesia sekitar 45 juta orang. Nah, pada tahun 2030 nanti, kelas menengah di Indonesia akan meningkat menjadi 135 juta orang. Begitu juga dengan peluang investasi yang terus meningkat dari US$ 500 miliarĀ tahun lalu, diperkirakan bakal meningkat menjadi US$ 1,8 triliun pada 2030. Menurut Yudhoyono, Indonesia memiliki modal dasar penting baik sumber daya manusia, sumber daya alam, dan pengalaman Indonesia dalam mengatasi krisis. Hanya saja, ia bilang Indonesia perlu membenahi diri. Diantaranya, birokrasi yang tidak perlu harus dihentikan. Menurut SBTY, perlu ada kesiapan mental dan pola pikir dunia usaha bahwa harus mengejar agar 2015 nanti betul-betul siap menghadapi pasar bebas Asean. Sebelumnya, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro mengingatkan, Indonesia harus menyusun strategi agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar saat AEC mulai berlaku. "Pekerjaan rumah kita adalah mengurangi ketidakpastian investasi di dalam negeri dengan memperbaiki kepastian hukum," ujarnya beberapa waktu lalu. Menurut Bambang, sebenarnya iklim investasi Indonesia sudah cukup baik. Ini terbukti dengan peningkatan jumlah penanaman modal asing langsung (FDI) yang masuk ke dalam negeri.Menurutnya, Indonesia harus membangun citra baik di mata investor bahwa Indonesia memiliki keunggulan ketimbang negara lain. Makanya, daya saing Indonesia harus terus ditingkatkan. "Kita harus meyakinkan investor potensial bahwa dengan berlokasi sedekat mungkin dengan pasar terbesar mereka adalah yang paling menguntungkan," kata Bambang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Indonesia harus persiapkan diri hadapi AEC 2015
JAKARTA. Indonesia harus segera berbenah untuk menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015. Meski Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar, Indonesia perlu meningkatkan daya saing produknya agar pasar domestik yang besar tak dimanfaatkan negara lain. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan, Indonesia adalah salah satu negara di ASEAN yang memiliki kinerja pertumbuhan ekonomi cukup baik. Karena itu, Indoneisa perlu mempersiapkan diri menghadapi AEC. Sebab, "Pada tahun 2015 nanti, kawasan kita akan menjadi pasar tunggal dengan persaingan ekonomi yang tinggi," ungkapnya Kamis (19/4). Menurutnya, Indonesia sebenarnya memiliki peluang besar untuk bisa menghadapi pasar Asean. SBY mencontohkan, kelas menengah Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada 2012 lalu, ikelas menengah di Indonesia sekitar 45 juta orang. Nah, pada tahun 2030 nanti, kelas menengah di Indonesia akan meningkat menjadi 135 juta orang. Begitu juga dengan peluang investasi yang terus meningkat dari US$ 500 miliarĀ tahun lalu, diperkirakan bakal meningkat menjadi US$ 1,8 triliun pada 2030. Menurut Yudhoyono, Indonesia memiliki modal dasar penting baik sumber daya manusia, sumber daya alam, dan pengalaman Indonesia dalam mengatasi krisis. Hanya saja, ia bilang Indonesia perlu membenahi diri. Diantaranya, birokrasi yang tidak perlu harus dihentikan. Menurut SBTY, perlu ada kesiapan mental dan pola pikir dunia usaha bahwa harus mengejar agar 2015 nanti betul-betul siap menghadapi pasar bebas Asean. Sebelumnya, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro mengingatkan, Indonesia harus menyusun strategi agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar saat AEC mulai berlaku. "Pekerjaan rumah kita adalah mengurangi ketidakpastian investasi di dalam negeri dengan memperbaiki kepastian hukum," ujarnya beberapa waktu lalu. Menurut Bambang, sebenarnya iklim investasi Indonesia sudah cukup baik. Ini terbukti dengan peningkatan jumlah penanaman modal asing langsung (FDI) yang masuk ke dalam negeri.Menurutnya, Indonesia harus membangun citra baik di mata investor bahwa Indonesia memiliki keunggulan ketimbang negara lain. Makanya, daya saing Indonesia harus terus ditingkatkan. "Kita harus meyakinkan investor potensial bahwa dengan berlokasi sedekat mungkin dengan pasar terbesar mereka adalah yang paling menguntungkan," kata Bambang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News