JAKARTA. Pelemahan kinerja ekspor dalam beberapa bulan terakhir membuat surplus neraca perdagangan Indonesia semakin menipis. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Januari 2012 sebesar US$ 15,49 miliar dan impor sebesar US$ 14,57 miliar. Alhasil, surplus neraca perdagangan hanya sebesar US$ 923,4 juta. Kepala BPS Suryamin mengatakan sebenarnya jika melihat neraca perdagangan migas pada Januari 2012 mengalami defisit US$ 14,9 juta. Hanya saja, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan gas sebesar US$ 1,56 miliar. "Surplus neraca perdagangan kita berasal dari ekspor non migas," jelasnya Kamis (1/3). Catatan saja, selama Januari 2012 neraca perdagangan hasil minyak defisit US$ 1,57 miliar, sedangkan neraca perdagangan gas surplus sebesar US$ 1,56 miliar. Sehingga, masih ada defisit perdagangan migas sebesar US$ 14,9 juta. Meski masih mencatatkan surplus neraca perdagangan, tapi Suryamin bilang ke depan Indonesia harus berhati-hati karena tren surplus neraca perdagangan dalam tiga tahun terakhir terus menurun. Pasalnya, "Laju pertumbuhan impor terus meningkat, sementara pertumbuhan ekspor mulai melambat," katanya. Direktur Statistik Distribusi BPS Satwiko Darmesto menambahkan, sebenarnya ekspor Januari 2012 mencatatkan kinerja yang tertinggi dalam sejarah ekspor bulan Januari. Hanya saja, "Kita harus melihat Februari bagaimana kinerja ekspornya," katanya. Jika melihat neraca perdagangan per negara, Suryamin bilang secara umum Indonesia masih mencatatkan surplus perdagangan non migas dengan beberapa negara Asean. Hanya saja, pada Januari lalu Indonesia mencatatkan defisit perdagangan dengan Singapura dan Thailand. Berdasarkan data BPS, defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Singapura defisit US$ 125,7 juta dan defisit dengan Thailand sebesar US$ 350,6 juta. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan dengan Singapura sebesar US$ 63,7 juta, sedangkan dengan Thailand mencatatkan defisit US$ 253,3 juta. Satwiko Darmesto menjelaskan defisit neraca perdagangan dengan Singapura terjadi karena adanya impor bahan kimia anorganik yang nilai impornya meningkat 685,59% ketimbang bulan sebelumnya. "Impor bahan kimia anorganik di awal tahun ini merupakan kebutuhan pabrik-pabrik di Indonesia," ungkapnya. Selain Singapura, defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Thailand juga melebar menjadi US$ 350,6 juta. Satwiko menjelaskan defisit dengan Thailand pada Januari ini disebabkan adanya impor plastik dan barang dari plastik yang naik 59,54% ketimbang bulan sebelumnya. Selain itu, "Impor yang besar kenaikannya adalah gula dan kembang gula yang naik 41,03% ketimbang bulan Desember," jelasnya. Defisit dengan China melebar Seperti bulan-bulan sebelumnya, neraca perdagangan dengan China masih mencatatkan defisit. Pada Januari 2012 defisit neraca perdagangan non migas dengan China defisit US$ 1,174 miliar. Padahal, pada Desember 2011 lalu defisit perdagangan dengan China sempat menciut menjadi hanya US$ 162,9 juta. Defisit perdagangan dengan China pada Januari 2012 juga lebih tinggi ketimbang periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$654,9 juta. Satwiko menjelaskan komoditas impor dari China yang cukup besar peningkatannya pada Januari ini adalah kendaraan dan komponen kendaraan, kapas, dan buah-buahan. "Komoditas impor paling tinggi dar China (pada Januari) adalah kapas yang kenaikan impornya mencapai 45,42%," katanya. Selain itu, kata Satwiko komoditas lain yang impornya meningkat cukup besar adalah kendaraan dan bagiannya yang naik 28,86%, dan buah-buahan 33,99% dan bahan kimia organik yang naik 20,12%.
Indonesia harus waspadai surplus neraca dagang
JAKARTA. Pelemahan kinerja ekspor dalam beberapa bulan terakhir membuat surplus neraca perdagangan Indonesia semakin menipis. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Januari 2012 sebesar US$ 15,49 miliar dan impor sebesar US$ 14,57 miliar. Alhasil, surplus neraca perdagangan hanya sebesar US$ 923,4 juta. Kepala BPS Suryamin mengatakan sebenarnya jika melihat neraca perdagangan migas pada Januari 2012 mengalami defisit US$ 14,9 juta. Hanya saja, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan gas sebesar US$ 1,56 miliar. "Surplus neraca perdagangan kita berasal dari ekspor non migas," jelasnya Kamis (1/3). Catatan saja, selama Januari 2012 neraca perdagangan hasil minyak defisit US$ 1,57 miliar, sedangkan neraca perdagangan gas surplus sebesar US$ 1,56 miliar. Sehingga, masih ada defisit perdagangan migas sebesar US$ 14,9 juta. Meski masih mencatatkan surplus neraca perdagangan, tapi Suryamin bilang ke depan Indonesia harus berhati-hati karena tren surplus neraca perdagangan dalam tiga tahun terakhir terus menurun. Pasalnya, "Laju pertumbuhan impor terus meningkat, sementara pertumbuhan ekspor mulai melambat," katanya. Direktur Statistik Distribusi BPS Satwiko Darmesto menambahkan, sebenarnya ekspor Januari 2012 mencatatkan kinerja yang tertinggi dalam sejarah ekspor bulan Januari. Hanya saja, "Kita harus melihat Februari bagaimana kinerja ekspornya," katanya. Jika melihat neraca perdagangan per negara, Suryamin bilang secara umum Indonesia masih mencatatkan surplus perdagangan non migas dengan beberapa negara Asean. Hanya saja, pada Januari lalu Indonesia mencatatkan defisit perdagangan dengan Singapura dan Thailand. Berdasarkan data BPS, defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Singapura defisit US$ 125,7 juta dan defisit dengan Thailand sebesar US$ 350,6 juta. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan dengan Singapura sebesar US$ 63,7 juta, sedangkan dengan Thailand mencatatkan defisit US$ 253,3 juta. Satwiko Darmesto menjelaskan defisit neraca perdagangan dengan Singapura terjadi karena adanya impor bahan kimia anorganik yang nilai impornya meningkat 685,59% ketimbang bulan sebelumnya. "Impor bahan kimia anorganik di awal tahun ini merupakan kebutuhan pabrik-pabrik di Indonesia," ungkapnya. Selain Singapura, defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Thailand juga melebar menjadi US$ 350,6 juta. Satwiko menjelaskan defisit dengan Thailand pada Januari ini disebabkan adanya impor plastik dan barang dari plastik yang naik 59,54% ketimbang bulan sebelumnya. Selain itu, "Impor yang besar kenaikannya adalah gula dan kembang gula yang naik 41,03% ketimbang bulan Desember," jelasnya. Defisit dengan China melebar Seperti bulan-bulan sebelumnya, neraca perdagangan dengan China masih mencatatkan defisit. Pada Januari 2012 defisit neraca perdagangan non migas dengan China defisit US$ 1,174 miliar. Padahal, pada Desember 2011 lalu defisit perdagangan dengan China sempat menciut menjadi hanya US$ 162,9 juta. Defisit perdagangan dengan China pada Januari 2012 juga lebih tinggi ketimbang periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$654,9 juta. Satwiko menjelaskan komoditas impor dari China yang cukup besar peningkatannya pada Januari ini adalah kendaraan dan komponen kendaraan, kapas, dan buah-buahan. "Komoditas impor paling tinggi dar China (pada Januari) adalah kapas yang kenaikan impornya mencapai 45,42%," katanya. Selain itu, kata Satwiko komoditas lain yang impornya meningkat cukup besar adalah kendaraan dan bagiannya yang naik 28,86%, dan buah-buahan 33,99% dan bahan kimia organik yang naik 20,12%.