Indonesia idealnya investment grade dari S&P



JAKARTA. Bank Dunia (World Bank) dan Asian Development Bank (ADB) menilai Indonesia idealnya bisa mendapat kenaikan rating dari lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P). Sebab fundamental ekonomi negara ini sudah berbenah signifikan.

Meski begitu, dua lembaga keuangan itu menyatakan, Indonesia tidak perlu berkecil hati jika S&P tidak menaikkan rating negera ini menjadi layak investasi (investment grade). Toh, Indonesia tetap menarik bagi investor.

Ekonom Senior Bank Dunia untuk Indonesia Hans Anand Beck menilai, Indonesia masih menjadi tujuan investasi yang menarik khususnya di portofolio. Hal ini tecermin pada besarnya minat investor terhadap surat utang negara (SUN). "Aliran masuk modal asing (capital inflow) masih deras," ujarnya, Kamis (13/4).


Ia menilai, fundamental ekonomi Indonesia membaik, sehingga menarik minat investasi. Misalnya, inflasi rendah, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dan defisit anggaran yang dalam tren menurun. Oleh karena itu, "Kami lihat seharusnya tidak ada dampak ke pasar keuangan secara umum," katanya.

Selain indikator di atas, menurut Hans, nilai tukar rupiah juga stabil. Tahun lalu inflasi tercatat 3,02%, sementara defisit transaksi berjalan berada di level 1,8%. Defisit anggaran juga masih aman yakni berada di level 2,46%.

Ekonom ADB Priasto Aji menyatakan, tidak ada alasan bagi S&P untuk tidak memberi investment grade ke Indonesia. Sebab pembenahan fundamental ekonomi negara ini sudah banyak dilakukan.

Meski demikian, jika S&P memutuskan tidak menaikkan rating kredit Indonesia, dampaknya tidak terlalu besar bagi ekonomi Indonesia. Sebab, Indonesia sudah mendapatkan peringkat layak investasi dari dua lembaga pemeringkat internasional lain yaitu dari Fitch Ratings dan Moody's. Meski demikian, "Kalau Indonesia mendapat upgrade peringkat, imbasnya bisa positif sekali," kata Priasto, menandaskan.

Ada sejumlah manfaat besar yang dirasakan Indonesia jika mendapat peringkat dari S&P. Misalnya, bunga surat utang negara dan obligasi swasta akan turun. Aliran dana investasi dari luar negeri juga semakin deras mengalir masuk ke dalam negeri.

Saat ini Indonesia masih menunggu kepastian rating investasi dari S&P yang akan diumumkan Mei nanti. Namun dari conference summary S&P yang didapat KONTAN beberapa waktu lalu, lembaga ini masih berat menaikkan rating Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati enggan berkomentar terkait hal ini. "Ya lihat saja nanti, ya," ujarnya singkat, beberapa waktu lalu.

Lobi pemerintah ke S&P sebenarnya sudah dilakukan pada tahun lalu. Sri Mulyani misalnya, menggelar pertemuan dengan S&P untuk menginformasikan perkembangan terkini kebijakan RI di sela-sela acara pertemuan tahunan Bank Dunia dan International Monetery Fund (IMF).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini