Indonesia Jadi Negara Food Waste Tertinggi di Dunia



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Komisaris ID Food Marsudi Wahyu Kisworo menyoroti Indonesia yang menduduki peringkat pertama untuk gelar penghasil food waste atau makanan yang terbuang dan menjadi sampah.

Awalnya, Marsudi menyebutkan bahwa tantangan besar Indonesia saat ini adalah kedaulatan pangan. Kemudian juga benturan dengan perubahan iklim yang akan pengaruhi kedaulatan pangan. 

"Dulu ada Koes Plus kalau nyanyi katanya tongkat kayu dan dilempar itu jadi tanaman katanya, kolamnya aja kolam susu begitu subur.," kata Marsudi saat ditemui di Waskita Rajawali Tower, Jakarta Timur, Senin (8/1).


Baca Juga: Mengapa Junk Food Tidak Baik untuk Kesehatan? Ini 5 Bahaya Junk Food

"Tapi faktanya apa? Kalau kita bicara pangan sebagian besar pangan kita impor. Jadi, apakah lagunya Koes Plus tadi bohong atau harapan palsu? Tapi itulah tantangan," sambungnya.

Kata dia, Indonesia setiap tahunnya juga kehilangan 100.000 hektare (ha) lahan subur yang dikonversi menjadi hunian, pabrik, dan sebagainya. Di samping itu, indeks tanah subur Indonesia juga tidak terlalu besar, hanya 13,39%.

"Dan ini penting, Indonesia menduduki peringkat 116 dari seluruh negara di dunia ini jadi dari sekitar 130-an negara, kita ini peringkat 116," ungkapnya.

"Kita punya banyak lahan, tapi tidak subur, misalnya lahan gambut kemudian lahan padang rumput dan sebagainya. Tapi lahan yang untuk pertanian hanya kecil hanya 13,9%," tambah dia.

Marsudi juga menyayangkan bahwa dari hulu ke hilir tidak dapat memanfaatka lahan untuk produktivitas yang maksimal.

"Sudah lahannya kecil terus produktivitsnya rendah, rata-rata produktivitas pertanian kita hanya sekitar 5-6 ton per hektar. sementara kalau kita lihat di perankingan, dari 42 negara penghasil beras, kita ini di peringkat 30," ungkapnya.

Bahkan, Indonesia juga tercatat sebagai negara dengan sampah makanan 37%, termasuk salah satu yang tertinggi di dunia. Kata dia, jiak masyarakat Indonesia bisa menghemat setidaknya satu butir nasi setiap harinya, maka setiap harinya bisa memberi makan hingga 150.000 orang.

"Karena kalau kita bicara kedaulatan pangan kita harus berbicara mulai dari dulu sampai Hilir, mulai dari on farm sampai kemudian proses pasca panen, logistik, distribusi, sampai kepada proses-proses pemrosesan bahan pangan, kemudian sampai fase konsumsi dalam rantai," pungkasnya.

Berdasarkan hasil riset Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia kehilangan 23–48 juta ton makanan 2000-2019. Mayoritas makanan yang terbuang itu bersumber dari padi-padian dengan proporsi sebesar 44%.

Baca Juga: 6 Penyebab Perut Mudah Lapar Berdasarkan Penjelasan Ilmiah

Posisinya diikuti sampah makanan dari buah-buahan yang proporsinya sebesar 20%. Kemudian, sebanyak 16% makanan yang terbuang merupakan sayur-sayuran.

Sebanyak 9% makanan yang terbuang merupakan ikan pada 2000-2019. Lalu, proporsi makanan berpati dan buah biji berminyak yang terbuang sama-sama sebanyak 3%.

Ada pula makanan terbuang dari daging yang proporsinya sebanyak 2%. Sementara, proporsi makanan terbuang dari telur, susu, serta minyak dan lemak sama-sama sebesar 1%.

Sampah tersebut merupakan makanan yang tidak dimakan karena kelebihan pasokan. Menurut Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, jutaan ton sampah makanan itu seharusnya dapat menghidupi 61-125 juta orang Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .