JAKARTA. Pelaku industri otomotif Thailand bisa dibilang berjaya di Indonesia. Selain bisa ekspor dalam bentuk mobil utuh atau dalam bentuk rakitan, industri otomotif Thailand juga menjadikan Indonesia sebagai tujuan ekspor suku cadang otomotif. Ini terlihat dari data ekspor yang disajikan oleh Thai Auto Parts Manufactures Associations. Mengacu data tersebut, Indonesia tercatat sebagai negara tujuan ekspor suku cadang Thailand terbesar kedua setelah Jepang. Dari periode Januari–Juni 2014, nilai ekspor suku cadang Thailand ke Indonesia mencapai nilai US$ 897,28 juta. Sementara ekspor suku cadang dari Thailand ke Jepang tercatat sebesar US$ 914,57 juta.
Kesuksesan Thailand mengekspor suku cadang otomotif ke Indonesia tak lepas dari kenaikan kebutuhan suku cadang industri otomotif di Indonesia. Sebagaimana diketahui, tiga tahun belakangan industri otomotif Indonesia gencar menambah produksi. "Itu karena kebutuhan industri otomotif dalam negeri naik, karena industrinya sedang tumbuh," kata Hadi Suryadipradja, Ketua Gabungan Industri Alat-Alat Mobil dan Motor (GIAMM) kepada KONTAN, Selasa (23/9). Thailand tidak menyia-nyiakan kesempatan memasok pasar suku cadang di Indonesia, yang memang menjadi basis industri otomotif terbesar di wilayah ASEAN. Kesempatan itu kian besar saat industri suku cadang di Indonesia belum bisa berkembang. "Tentu Thailand ingin ikut ambil kesempatan pasar itu di Indonesia," ujar Hadi. Sementara itu, Direktur Thai Automotive Institute, Patima Jiraphaet kepada Nation menjelaskan, industri suku cadang di Indonesia berpeluang tumbuh. Sebab, kapasitas produksi mobil Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Akan tetapi, industri suku cadang di Indonesia saat ini belum akan menjadi ancaman bagi industri suku cadang di Thailand. RI impor baja otomotif Diantara suku cadang otomotif yang banyak diimpor dari Thailand adalah suku cadang yang menggunakan bahan baku baja. Adapun Thailand sudah lama mengembangkan produksi baja khusus yang digunakan untuk kebutuhan industri otomotif. Kemampuan industri baja Thailand mengembangkan produk baja otomotif inilah yang menyokong industri kendaraan bermotor disana. Kondisi ini tentu berbeda dengan Indonesia, yang mengandalkan pasokan baja otomotif dari PT Krakatau Steel saja. "Baja otomotif ada yang dipasok dari Krakatau Steel tapi sedikit sekali. Dan kita banyak impor dari China, Korea Selatan, dan Thailand," terang Hadi. Jamaluddin Tanoto, Executive Committee of Indonesia Iron and Steel Industry Association menambahkan, kebutuhan baja dalam negeri tercatat 12 juta ton. Namun sebagian besar baja itu digunakan untuk kebutuhan konstruksi bukan untuk kebutuhan baja otomotif.
Sementara, Thailand membutuhkan pasokan baja sebanyak 14,6 juta ton. Sebesar 16% dari total kebutuhan baja itu diolah menjadi suku cadang dan komponen otomotif. Selebihnya baru untuk kebutuhan infrastruktur, konstruksi dan lainnya. Mengenai bahan baku baja, Thailand dan Indonesia sama-sama mengandalkan bahan baku impor. Bedanya, "bahan baja otomotif Thailand 100% impor dari China dan Korea Selatan," kata Viroj Sirithanasart, President of Thai Alliance for Supporting Industries Association. Untuk diketahui saja, belakangan ini industri produk baja termasuk baja otomotif Thailand gencar mencari pangsa pasar di Indonesia melalui pameran. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto