Indonesia jadi tujuan investasi valas dan obligasi pilihan 42 fund manager global



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek investasi di negara emerging market menjadi lebih terang di semester II ini berkat ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar. Kabar baiknya, Indonesia menjadi salah satu tujuan utama para investor.

Setidaknya ini tergambar dalam survei terbaru Bloomberg terhadap 42 fund manager global. Dari hasil survei tersebut menunjukkan Indonesia dan Rusia menjadi tujuan investasi utama untuk instrumen valas dan obligasi dari para fund manager global.

Dari 11 negara emerging market, Indonesia berada pada urutan teratas untuk tujuan investasi obligasi, sementara Rusia di posisi kedua. Sebaliknya, Rusia di tempat pertama tujuan investor untuk investasi valas dan Indonesia mengekor di urutan kedua.


Sedangkan untuk investasi saham, investor lebih menyukai China dan Brasil untuk tujuan investasi. Sementara, investor global paling tidak menyukaai investasi valas, obligasi maupun saham di Tukri dan Argentina.

Ahmad Mikail Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia tak heran bila instrumen valas dan obligasi Indonesia menjadi buruan inevstor global. Lihat saja, selisih atau spread yield SUN dengan yield US Treasury kini semakin melebar yang berarti posisi yield SUN saat ini sangat menarik dan bisa mendorong para investor untuk masuk ke pasar obligasi Indonesia.

"Bond menarik karena selisih yield US Treasury dengan yield SUN sekitar 535 basis poin, dari rata-rata spread obligasi dengan rating BBB diĀ  450 bps-500 bps. Jadi ini menarik banget," kata Mikail, Jumat (5/7).

Asing pun juga tertarik masuk ke mata uang rupiah. Mikail mengatakan, asing membutuhkan instrumen besar untuk investasi di valas, yaitu dengan mengincar SUN.

"Sayang kalau punya dollar AS lalu ingin tukar ke rupiah malah tidak dapat apa-apa atau cuma nunggu kenaikan rupiah, ini sayang bisa kena loss. Jadi kalau kepemilikan asing di SUN naik otomatis valas juga menguat," kata Mikail.

Namun, dalam jangka pendek, Mikail memproyeksikan masih bisa terjadi fluktuasi. Pelaku pasar kini sedang menanti data ketenagakerjaan AS dan kapan The Fed akan memangkas suku bunga acuannya. "Jika The Fed memotong suku bunga di akhir tahun akan fluktuasi masih bisa terjadi," kata Mikail.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat