JAKARTA. India naikkan bea masuk (BM) untuk produk hilir minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dari 7,5% menjadi 10%. Walau demikian, hal tersebut masih belum akan mempengaruhi kinerja ekspor minyak sawit Indonesia ke negeri Bollywood tersebut lantaran mayoritas produk yang di ekspor adalah CPO. Catatan saja, pemerintah India menaikkan bea masuk untuk produk hilir CPO karena terjadi lonjakan impor yang signifikan hingga 172% pada bulan November lalu. Tingginya impor minyak sawit olahan tersebut mengakibatkan pelaku industri setempat terhimpit karena kapasitas terpakai dari pabrik pengolahan domestik setempat menurun dari 50% menjadi hanya 30%. Selama ini India memenuhi lebih dari setengah kebutuhan minyak goreng dari impor. Untuk bahan bakunya sendiri, India membeli minyak sawit dari Indonesia dan Malaysia, sementara untuk minyak kedelai India membeli dari Amerika Serikat, Brazil dan Argentina. Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, pihaknya saat ini sedang mencermati dan akan menghitung ulang dampak dari penerapan kenaikan bea masuk 2,5% tersebut bagi kinerja ekspor ke India. "Sementara saya tidak terlalu mengkhawatirkan, tapi kita akan hitung ulang," ujar Bayu, Jumat (10/1). Sekedar informasi, India merupakan salah satu pangsa pasar minyak sawit yang potensial. Setidaknya setiap tahun rata-rata ekspor CPO dan turunannya mencapai 5,6 juta ton. Dari jumlah tersebut 80% berupa CPO, sedangkan sisanya produk olahan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Indonesia kaji dampak kenaikkan BM CPO India
JAKARTA. India naikkan bea masuk (BM) untuk produk hilir minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dari 7,5% menjadi 10%. Walau demikian, hal tersebut masih belum akan mempengaruhi kinerja ekspor minyak sawit Indonesia ke negeri Bollywood tersebut lantaran mayoritas produk yang di ekspor adalah CPO. Catatan saja, pemerintah India menaikkan bea masuk untuk produk hilir CPO karena terjadi lonjakan impor yang signifikan hingga 172% pada bulan November lalu. Tingginya impor minyak sawit olahan tersebut mengakibatkan pelaku industri setempat terhimpit karena kapasitas terpakai dari pabrik pengolahan domestik setempat menurun dari 50% menjadi hanya 30%. Selama ini India memenuhi lebih dari setengah kebutuhan minyak goreng dari impor. Untuk bahan bakunya sendiri, India membeli minyak sawit dari Indonesia dan Malaysia, sementara untuk minyak kedelai India membeli dari Amerika Serikat, Brazil dan Argentina. Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, pihaknya saat ini sedang mencermati dan akan menghitung ulang dampak dari penerapan kenaikan bea masuk 2,5% tersebut bagi kinerja ekspor ke India. "Sementara saya tidak terlalu mengkhawatirkan, tapi kita akan hitung ulang," ujar Bayu, Jumat (10/1). Sekedar informasi, India merupakan salah satu pangsa pasar minyak sawit yang potensial. Setidaknya setiap tahun rata-rata ekspor CPO dan turunannya mencapai 5,6 juta ton. Dari jumlah tersebut 80% berupa CPO, sedangkan sisanya produk olahan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News