Indonesia kalah dengan Thailand soal konversi gas



JAKARTA. Program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) hingga saat ini masih belum optimal. Padahal program ini merupakan salah satu upaya meningkatkan ketahanan energi nasional dalam jangka panjang dan menengah. 

Hingga saat ini baru ada sekitar 5.000 dari 17 juta unit mobil yang beralih dari penggunaan BBM ke BBG. Padahal konsumsi BBM dari 17 juta mobil itu cukup besar yakni mencapai 80.000 kilo liter (kl) per minggu.

Ketua Tim Percepatan Konversi BBM ke BBG Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Wiratmaja Puja mengatakan, jika dibandingkan dengan Thailand, Indonesia memang masih kala cepat.


Bayangkan saja, Thailand saat ini sudah mengkonversi sebanyak 50 juta mobil menjadi pengguna BBG.

"Indonesia masih kalah jauh dengan Thailand. Kita bandingkan udara di Bangkok lebih segar, padahal jumlah kendaraan mereka lebih banyak," tuturnya Kamis (28/11). 

Wira mengungkapkan bahwa percepatan konversi ini harus terus ditingkatkan. Sebab kata dia, jika masyarakat sudah konversi ke BBG akan banyak keuntungan yang bakal diperoleh. Pertama yaitu udara akan jauh lebih bersih dan segar dibandingkan dengan menggunakan BBM. Dan yang kedua yaitu dengan BBG pengeluaran akan menjadi lebih hemat sebab harga BBG jauh lebih murah.

Wira memberikan apresiasi kepada Pemerintah DKI yang mendukung program konversi BBG ini dengan mendatangkan 7.000 bus BBG tahun depan."Semoga tahun depan, banyak Pemda yang lain juga mengikuti langkah Pemda DKI," jelasnya.

Target sulit dicapai

Menurutnya target konversi yang dicanangkan yakni 100 ribu kendaraan di tahun depan dan 300 ribu kendaraan pada 2015, akan sulit terealisasi. Hal itu akan terjadi jika masih menggunakan metode sosialisasi seperti yang dilakukan saat ini, yakni dengan memberikan konverter kit pada pengguna BBM.

Pasalnya pemilik kendaraan tidak akan diterima konventer kit tersebut dikarenakan takut dengan tingkat keamanannya.

Hal inilah yang membuat program konversi berjalan sangat lamban. Untuk itu, kata Wira dibutuhkan terobosan baru yang lebih efektif untuk mendorong masyarakat melakukan konversi.  

Selain itu, pembangunan SPBG juga perlu digenjot agar memudahkan konsumen. "Di sini butuh kerjasama dengan swasta. Swasta harus bisa juga membangun SPBG ini," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan