Indonesia kedatangan investor dari Amerika



JAKARTA. Indonesia memang masih menjadi negara yang menarik, buktinya investor dari Amerika yang tergabung dalam The Overseas Private Investment Corporation (OPIC) datang ke Indonesia untuk menjajaki investasi di negeri ini. Pada Selasa (13/11) PT Penjamin Infrastruktur Indonesia (PII) menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan OPIC. Kesepakatan ini berisi kolaborasi untuk mengembangkan proyek infrastruktur yang membutuhkan penjaminan terhadap risiko proyek infrastruktur terkait aksi atau non aksi pemerintah di Indonesia. Penandatanganan tersebut dihadiri oleh Wakil Menteri Perdagangan Amerika Serikat Francisco J. Sanchez bersama delegasi-delegasi perusahaan Amerika yang hendak berinvestasi di tanah air. "Ini merupakan potensi yang sangat besar dengan adanya hubungan yang baik antara kedua negara," ungkap Francisco. Iklim investasi Indonesia yang sempat tidak kondusif karena konflik yang terjadi antara buruh dengan pengusaha menurutnya tidak menjadi hambatan bagi Amerika untuk berinvestasi di Indonesia. Namun, Francisco masih belum dapat membeberkan rencana alokasi untuk proyek investasi ini. "Saya berharap semua proses segera membuahkan hasil. Semoga semua perusahaan ini mendapatkan peluang," katanya. Vice President Insurance & Managing Director, Investment Development OPIC John Morran juga mengemukakan pendapat yang sama. Dia bilang gelombang demokrasi buruh merupakan hal yang lumrah terjadi. "Di negara mana pun terjadi demonstrasi serupa, dan ini bukan menjadi hambatan," tegasnya. Delapan delegasi perusahaan bagian dari OPIC yang ikut dalam kunjungan ini antara lain Black and Veatch, Cisco Systems, General Electric Company, Honeywell International, Inc., Oshkosh Corporation, The Shaw Group, Westinghouse Electric Company, dan Worley Parson LLC. Kedelapan perusahaan tersebut saat ini masih dalam penjajakan untuk berinvestasi di Indonesia. Sebenarnya tidak hanya persoalan buruh di Indonesia yang bisa saja menjadi hambatan bagi investor negeri Paman Sam. Kondisi negaranya yang sedang krisis, pasca badai Sandy juga bisa tentu merupakan masalah tersendiri bagi investor-investor Amerika. William Bill Paris, Vice President & General Manager Federal Programs Worley Parsons mengatakan bahwa kondisi Amerika yang saat ini sedang dilanda krisis tidak menghentikan investasi. "Itu sudah menjadi komitmen Amerika untuk bekerjasama dengan negara-negara lain," terangnya. William pun masih enggan menyebutkan nilai investasinya di Indonesia. "Itu semua tergantung seberapa besar kesempatan dan proyek yang kami dapat," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Djumyati P.