Indonesia kekurangan mesin tekstil untuk industri



BANDUNG. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, mengatakan tahun depan Indonesia membutuhkan lebih banyak mesin teksil. Pertumbuhan pemakaian mesin tekstil berkisar 5% per tahun.

"Setiap tahun bertambah 60 industri tekstil baru di seluruh Indonesia," ujar Ade terkait impor mesin tekstil dari Italia (13/11). Namun, kata dia, jumlah itu masih jauh dari pertumbuhan ideal 100 industri per tahun.

Investasi masih terhambat infrastruktur yang belum memadai. "Saat ini total ada 2.930 industri tekstil di Indonesia. Kami mengharapkan, pada 2014, bisa menjadi 3.000 industri," kata Ade.


Di Jabar, pertumbuhan industri tekstil merosot dibandingkan sepanjang 2012. Pertumbuhan industri tekstil tahun ini sekitar 4,5% sedangkan tahun lalu sebesar 7%. "Harapannya industri tekstil Jabar terus bertumbuh," ujarnya. Sampai saat ini, pembukaan industri tekstil baru di Jabar difokuskan di Subang dan Majalengka.

Sementara Asosiasi manufaktur mesin teksil Italia (ACIMIT) optimistis ekspor mesin tekstil Italia ke Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. "Tahun ini, nilai ekspor mesin tekstil dari Italia ke Indonesia sekitar 38 juta euro," ujar Vice Presiden ACIMIT, Raffaella Carabelli, dalam workshop "Latest Innovation of Italian Textile Technology to Produce High Quality and Sustainable Product" di Trans Hotel, Bandung, kemarin.

Nilai itu persis seperti nilai ekspor barang yang sama sepanjang tahun lalu. Pada 2010 dan 2011, nilai ekspor mesin tekstil Italia ke Indonesia masing-masing 23 juta euro dan 29 juta euro.

Ia menyebutkan Indonesia adalah pasar penting untuk mesin tekstil Italia. Saat ini, Indonesia berada di urutan ke-8 sebagai negara terbanyak pengimpor mesin tekstil asal Negeri Pizza itu. Empat tahun terakhir, ekspor mesin teksil dari Italia ke tanah air naik 30%.

Impor mesin tekstil Indonesia dari Italia mayoritas berupa mesin pemintal 40%, mesin finishing 28-30%, dan mesin aksesori 23%. Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik pada 2012, Indonesia mengimpor mesin tekstil dari Italia senilai US$ 37 juta.

Nilai itu meningkat dua kali lipat dibanding nilai impor Indonesia untuk barang yang sama pada 2010. Raffaella mengatakan kebutuhan mesin tekstil kian besar demi efisiensi tenaga kerja dan biaya. (Tribunnews.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan