KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesia Kendaraan Terminal atau IPC Car Terminal berencana menggelar penawaran umum perdana saham ke publik atau
initial public offering (IPO) pada pertengahan Juli nanti. Lewat IPO ini, IPC Car Terminal berharap mampu mengumpulkan dana minimal sebesar Rp 1 triliun. Nantinya, 50% dana hasil IPO akan digunakan untuk pengembangan tempat penampungan kendaraan, dalam bentuk pembangunan gedung parkir vertikal dan horizontal. Lalu, 25% untuk sewa lahan dibayar dimuka dan 25% untuk operasional. IPC Car Terminal merupakan operator terminal pelabuhan yang khusus melayani kendaraan, yang mencakup mobil, truk, bus dan suku cadang. Direktur Utama IPC Car Terminal, Chiefy Adi Kusmargono menyatakan, IPC Car Terminal merupakan satu-satunya operator dedicated car terminal dan yang terbesar. Perusahaan juga yang terbesar ketiga di Asia Tenggara dan terbesar ke-27 di dunia, di atas New York dan Rotterdam.
Menurut Chief, manajemen menginginkan IPC Car Terminal tereskalasi standar internasional dan diperhitungkan di dunia. Karena hal tersebut menunjukkan kapasitasnya sebagai operator terminal khusus kendaraan yang terpercaya. "Untuk itu kami siap melepas 30% kepemilikan saham untuk menggaet partner strategis," ujarnya, Rabu (11/4). Partner strategis yang dimaksud antara lain, produsen mobil, perusahaan logistik, perusahaan
shipping line dan perusahaan investasi. Chief meyakini kehadiran partner akan mampu meningkatkan kapasitas IPC Car Terminal. Ia optimistis partner strategis akan memilih IPC Car Terminal, karena perusahaan merupakan satu-satunya terminal pelabuhan khusus untuk kendaraan. Sehingga, tidak ada kontaminasi atau percampuran dengan barang-barang lain. Dilihat dari kecepatan bongkar muat, Chiefy mengklaim, dengan sistem satu zonasi yang diterapkan oleh IPC Car Terminal, maka kecepatan bongkar muat lebih cepat dibanding terminal konvensional, yang melayani banyak jenis komoditas. IPC Car Terminal memiliki tiga lini usaha. Pertama, terminal handling yang melayani bongkar muat kendaraan dan alat berat. Kedua,
value added services meliputi pencucian, pemasangan aksesoris sesuai pesanan klien dan layanan tambahan lainnya. Ketiga, Ro-Ro service yang berfungsi menunjang proyek tol laut pemerintah. Dari ketiga lini bisnis ini, lini terminal handling menyumbang 97% terhadap total pendapatan. Yang paling kecil adalah Ro-Ro Services, karena merupakan layanan penunjang program tol laut pemerintah. Dari terminal handling, kontribusi paling besar berasal dari terminal internasional, sekitar 92%. Perbedaan tarif serta volume menjadi penyebab terminal internasional mencatatkan pendapatan yang lebih tinggi ketimbang domestik. Namun, tahun depan market domestik akan ditambah karena perusahaan akan intens mendekati perusahaan-perusahaan yang masih menggunakan terminal konvensional untuk pindah ke terminal yang dikelola oleh IPC Car Terminal. "Targetnya, tahun depan kontribusi antara terminal internasional dan domestik masing-masing 70% dan 30% terhadap total pendapatan," papar Chiefy. Saat ini, perusahaan mengoperasikan terminal dengan total luasan 31 ha. Paska IPO nanti, perusahaan akan memperluas luasan lahan menjadi 89 ha dalam tempo lima tahun. Selain itu, kapasitas per tahun yang saat ini 700.000 unit akan ditingkatkan menjadi 2,5 juta unit per tahun dalam waktu lima tahun.
Dari sisi kinerja, IPC Car Terminal membukukan kinerja positif sepanjang tahun lalu. Perusahaan mencatatkan pendapatan Rp 422,1 miliar, naik 32,3% dibanding tahun 2016 yang sebesar Rp 314,3 miliar. Sementara, laba bersih sebesar Rp 130,1 miliar, naik 32,2% dibandingkan 2016. Dari segi rasio keuangan, IPC Car Terminal mencatat rasio laba bersih terhadap aset atau
return on assets (ROA) 2017 mencapai 39%. Rasio laba bersih terhadap ekuitas atau
return on equity (ROE) sebesar 55% dan rasio ekuitas terhadap aset atau
equity to asset mencapai 70%. Saat melantai nanti, IPC Car Terminal mengincar kode memiten IPCC. "Mudah-mudahan disetujui nanti," ungkap Chiefy. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini