JAKARTA. Indonesia tertinggal 65 tahun dari negara maju dalam pengembangan hardware atau perangkat keras telekomunikasi, seperti gadget. Agar bisa mencuil kue ekonomi industri digital, Indonesia disarankan untuk lebih mengembangkan industri software atau perangkat lunak dibanding hardware. Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Nonot Harsono mengatakan, negara maju seperti Jepang, Korea, dan Amerika Serikat (AS) telah menjadi bukti besarnya kue ekonomi dari industri teknologi informasi dan komunikasi (ICT). "Belanja ICT secara total, seperti PC, laptop, dan handphone di Indonesia mencapai Rp 200 triliun per tahun," katanya kepada KONTAN, Senin (29/9). Indonesia tidak akan bisa mencicipi kue ekonomi industri digital tersebut jika kemudian hanya fokus pada produksi perangkat keras. Menurut Nonot, pengembangan industri perangkat lunak, seperti aplikasi, konten, animasi, dan permainan (games), akan lebih mudah dikejar. Selain aplikasi, industri penunjang digital seperti earphone dan aksesorisnya juga berpeluang untuk dikembangkan.
Indonesia ketinggalan 65 tahun di industri gadget
JAKARTA. Indonesia tertinggal 65 tahun dari negara maju dalam pengembangan hardware atau perangkat keras telekomunikasi, seperti gadget. Agar bisa mencuil kue ekonomi industri digital, Indonesia disarankan untuk lebih mengembangkan industri software atau perangkat lunak dibanding hardware. Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Nonot Harsono mengatakan, negara maju seperti Jepang, Korea, dan Amerika Serikat (AS) telah menjadi bukti besarnya kue ekonomi dari industri teknologi informasi dan komunikasi (ICT). "Belanja ICT secara total, seperti PC, laptop, dan handphone di Indonesia mencapai Rp 200 triliun per tahun," katanya kepada KONTAN, Senin (29/9). Indonesia tidak akan bisa mencicipi kue ekonomi industri digital tersebut jika kemudian hanya fokus pada produksi perangkat keras. Menurut Nonot, pengembangan industri perangkat lunak, seperti aplikasi, konten, animasi, dan permainan (games), akan lebih mudah dikejar. Selain aplikasi, industri penunjang digital seperti earphone dan aksesorisnya juga berpeluang untuk dikembangkan.