Indonesia masih andalkan pasokan tabung oksigen impor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia dinilai perlu mulai membangun industri tabung oksigennya sendiri. Kebutuhan tabung oksigen medis untuk penanganan pasien Covid-19 yang melonjak belakangan menjadi semacam alarm akan pentingnya keberadaan industri tersebut di dalam negeri.

Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menilai, pemerintah bisa menyediakan sejumlah insentif kepada para pelaku usaha di dalam negeri untuk melakukan kegiatan usaha produksi tabung oksigen. Bentuk insentifnya bisa berupa pinjaman, fasilitas keringanan perpajakan, dan lain-lain.

“Jadi kita juga berupaya memenuhi kebutuhan sendiri agar bisa membebaskan diri dari ketergantungan impor (tabung oksigen),” kata Trubus kepada Kontan.co.id, Selasa (6/7).

Seperti diketahui, kebutuhan oksigen medis sedang tinggi-tingginya. Dalam wawancara Kontan.co.id sebelumnya, Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) mencatat bahwa tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit untuk penanganan pasien Covid-19 sudah mencapai 95%, bahkan lebih, di wilayah-wilayah dengan status zona merah. 

Seiring hal ini, kebutuhan oksigen medis berikut ‘wadahnya’, termasuk di antaranya tabung oksigen, mengalami kenaikan  sejak 3 minggu belakangan ini. “Kenaikannya bisa meningkat lebih dari 2 kali lipat,” ujar Sekretaris Jenderal ARSSI Ichsan Hanafi kepada Kontan.co.id, Senin (5/7).

Baca Juga: Kemenperin: Sampai saat ini belum ada produsen tabung oksigen dalam negeri

Permintaan yang meningkat terjadi ketika Indonesia masih bergantung pada pasokan tabung oksigen dari luar negeri. Direktur Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin Fridy Juwono mengatakan, seluruh tabung oksigen medis yang digunakan di dalam negeri masih berasal dari impor. “Sampai saat ini kita belum memproduksi tabung oksigen medis,” kata Fridy kepada Kontan.co.id, Selasa (6/7).

Ketua Umum Iron and Steel Industry Association (IISIA), Silmy Karim menduga, belum tersedianya industri tabung oksigen di dalam negeri bisa jadi disebabkan oleh belum potensi permintaan tabung oksigen yang belum terlalu menarik bagi pelaku usaha. Hanya saja, ia mengaku tidak mengantongi data angka permintaan tabung oksigen di dalam negeri selama ini.

“Tidak pernah tercatat karena importirnya aktif menyalurkan langsung ke rumah sakit. Importirnya bukan anggota IISIA,” kata Silmy kepada Kontan.co.id, Selasa (6/7).

Meski begitu, kebutuhan tabung oksigen yang meningkat belakangan ini bisa saja memicu para pemain untuk menggarap bisnis  manufaktur tabung oksigen kelak. “Ini (tumbuhnya industri tabung oksigen lokal) mungkin saja, cuma perlu waktu untuk menyiapkan equipment-nya,” imbuh Silmy.

Saat ini, pemerintah terus berupaya menjaga ketersediaan tabung oksigen berikut oksigen medis yang diperlukan dalam penanganan pasien Covid-19. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pihaknya sudah meminta penambahan import tabung gas kepada Kementerian Perdagangan.

“Kita sedang mengupayakan terus peningkatan ketersediaan oksigen dengan berkoordinasi dengan perusahaan gas nasional untuk prioritas pada gas oksigen  medis sebanyak 50% dari produksi yang ada,” kata Siti kepada Kontan.co.id (6/7).

Selanjutnya: Dukung PPKM darurat, Kemenperin sinergikan aktivitas industri dan upaya pencegahan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .