Indonesia masih rentan terhadap ekonomi global



JAKARTA. Bank Dunia menyatakan Indonesia masih rentan terhadap gejolak perekonomian global kendati pertumbuhannya mencapai 6% hingga akhir ini. Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Stefan G. Koeberle mengatakan, dampak tersebut bisa terlihat dari aliran modal dan pasar saham yang ikut melemah belakangan ini.Selain itu, dampak krisis ekonomi global juga terlihat dari melemahnya harga komoditas ekspor utama seperti karet, minyak sawit dan tembaga serta tren penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang mencapai 10% sejak Agustus 2011 lalu. Menurutnya, penurunan harga komoditas yang sudah mencapai 20% bisa berkontribusi melemah tingkat pertumbuhan ekonomi.“Indonesia tetap tidak akan mampu menghindar dari dampak penurunan ekonomi global terutama jika komoditas dunia dan permintaan ekspor dari China terkena dampaknya,” kata Koeberle, Kamis (12/7).Direktur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani menambahkan pemerintah Indonesia seharusnya tidak terlena dengan pertumbuhan yang sekarang ini sudah dicapai. Dia mengatakan, proyek pertumbuhan ekonomi yang dibuat Bank Dunia bisa saja meleset. Mantan menteri keuangan ini berharap pemerintah membuat kebijakan strategis untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.Sri Mulyani menyarankan beberapa hal yang harus dilakukan pemerintah di tengah kondisi perekonomian yang sedang tidak menentu itu. Diantaranya, memberikan perlindungan keadaan rakyat miskin dan juga meningkatkan penciptaan lapangan kerja. “Lakukan itu, supaya pertumbuhan ekonomi tetap berkualitas,” kata Sri.Kendati demikian, Sri Mulyani menilai, Indonesia masih memiliki ketahanan ekonomi yang cukup baik dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Sebab, dia menyatakan, Indonesia masih bisa tumbuh dengan mantap di kisaran 6% sementara Brasil hanya sebesar 4%.Pemerintah sendiri meramalkan tingkat pertumbuhan ekonomi bisa berkisar 6,3% hingga 6,5% pada akhir tahun nanti. Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan target itu akan dicapai lewat percepatan program pembangunan dan penyerapan anggaran belanja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can