NEW YORK. Bursa saham Amerika Serikat (AS) meroket ke level rekor pada tahun ini. Indeks Dow Jones Industrial Average menjadi pasar saham dengan performa yang ciamik, melonjak 13,4% dan mendekati level 20.000 pada akhir 2016. Namun, pasar saham AS bukan yang terbaik. Berikut review sejumlah pasar saham global dengan performa terbaik pada tahun ini. - Rusia:
Indeks RTS Rusia mencatatkan reli 52% dalam term dollar sejak awal tahun ini. Sedangkan indeks acuan Rusia lainnya -Micex- melonjak 27% dalam denominasi rubel. Investor global ramai-ramai masuk ke pasar saham Rusia menyusul hasil pemilu presiden Amerika. Mereka memprediksi, presiden terpilih AS Donald Trump akan membantu membaiknya kembali hubungan antara kedua negara. Rusia juga sangat tergantung dari pendapatan minyak. Sehingga, saat harga minyak mendaki, perekonomian Rusia mendapatkan keuntungan dari hal tersebut. "Rebound dari harga minyak menyokong perekonomian Rusia dan menyelamatkannya dari bencana," jelas Naeem Aslam, chief analyst Think Markets di London. - Argentina Index Merval Argentina melesat 45% pada tahun ini dan menyentuh rekor tertinggi pada Oktober karena perubahan politik besar di negara tersebut dan anjloknya mata uang Argentina sebesar 18%. Terpilihnya Presiden Mauricio Macri pada akhir 2015 merupakan titik balik bagi Argentina. Investor berharap, Macri akan mampu mengerek kembali perekonomian Argentina yang stagnan setelah pemerintahan sebelumnya menyebabkan keuangan negara tersebut melempem. Pemerintahan Macri meningkatkan kontrol terhadap pergerakan mata uang, mengakhiri permusuhan dengan hedge fund AS yang sudah berlangsung selama 15 tahun, dan membawa kembali Argentina ke pasar obligasi internasional untuk kali pertama sejak 2001. - Brazil Indek Bovespa Brazil menyentuh level terendah pada Januari yang tidak pernah dicapai sejak krisis finansial global 2008. Namun, sentimen investor berbalik dan pasar saham memanas dengan mencatatkan reli 39%. "Pasar saham Brazil sempat mengalami valuasi terendah pada saat itu karena adanya skandal Petrobas. Namun, situasi yang terkendali dan kenaikan harga komoditas menyebabkan pasar saham dan mata uang Brazil pulih," tulis Tim Edwards, senior director S&P Dow Jones Indices. Ekspor utama Brazil, yakni bijih besi, minyak, dan kedelai, juga mengalami kenaikan harga yang cukup besar dalam setahun terakhir. - Kanada Seperti halnya pasar saham global lainnya, indeks TSX Composite di Toronto reli dari level terendah Januari dan mendapatkan keuntungan dari apa yang dinamakan Trump bump. Sepanjang tahun ini, indeks Kanada berhasil naik 17,5%. Analis pasar saham Kanada Matthew Barasch dari RBC Dominion Securities mengatakan pada November bahwa "proposal kebijakan Trump akan berdampak positif bagi Kanada dan pasar saham Kanada, setidaknya untuk jangka pendek." Dia memprediksi, kebijakan Trump yang pro-minyak akan menjadi sentimen positif bagi eksportir minyak. - Norwegia All-Share Index Oslo mengalami kenaikan yang stabil sejak krisis finansial 2008, meskipun mengalami penurunan dalam pada awal 2016 akibat anjloknya harga minyak. Sejak berhasil rebound, pasar saham Norwegia menorehkan kenaikan sebesar 18%. Selain itu, perusahaan minyak milik pemerintah Norwegia -Statoil- mengalami kenaikan saham sebesar 29% di sepanjang tahun lalu. Perusahaan minyak yang lebih kecil -Aker BP- bahkan mengalami lonjakan saham mencapai 185%. - Indonesia Pasar saham Indonesia mengalami penurunan dan kenaikan yang cukup tinggi di 2016. Meski demikian, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup dengan kenaikan 15% lebih. Disinyalir, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang disokong oleh konsumsi domestik menjadi penyebab stabilnya pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini menyebabkan Indonesia relatif aman dari perlambatan ekonomi global. Sementara itu, Badan Moneter Internasional memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,3% tahun depan, lebih tinggi dibanding 2016. - Inggris Indeks FTSE 100 London berhasil mencatatkan kenaikan 14,4% sejak awal 2016.
Hasil referendum Brexit memang menyebabkan mata uang negara ini anjlok ke level terendah dalam 31 tahun terakhir terhadap dollar AS. Menurut Aslam dari Think Markets, hal itu justru memberikan stimulus positif bagi pasar saham. Aslam menambahkan, kebijakan Bank of England dalam menyokong ekonomi, dikombinasikan dengan data ekonomi yang lebih baik dari prediksi, juga turut membantu pasar saham. "Kombinasi dari elemen-elemen tersebut menyebabkan ketertarikan investor, sehingga kita melihat reli yang cukup baik," tambahnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie