KONTAN.CO.ID - JAKARTA. WTO baru saja memenangkan Indonesia atas sengketa biodiesel dengan Uni Eropa. WTO memandang, Eropa tidak konsisten terhadap peraturan Perjanjian Anti Dumping WTO selama proses penyelidikan dumping hingga penetapan BMAD atas impor biodiesel dari Indonesia. Iskandar Andi Nuhung, Direktur Eksekutif Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) berpendapat, Indonesia belum bisa berpuas diri atas kemenangan ini. Apalagi, menurutnya Amerika masih bisa melakukan upaya lain supaya produk biodiesel Indonesia tidak masuk ke Uni Eropa. "Indonesia harus mencermati supaya tidak ada upaya lain yang menghambat masuknya produk biodiesel Indonesia. Uni Eropa tidak akan tinggal diam dengan kekalahan itu. Dalam perdagangan kan ada tariff barrier dan technical barrier. Mungkin saja Uni Eropa mengontrol masuknya biodiesel melalui technical barrier," ujar Iskandar kepada KONTAN, Jumat (26/1). Meski begitu, Iskandar pun berpendapat, dengan kemenangan ini pula Indonesia sudah maju satu langkah dalam mengatasi upaya Uni Eropa yang ingin menjegal biodiesel Indonesia. Menurut Iskandar, ada kemungkinan Uni Eropa tidak akan melakukan tindakan lain atas kekalahan ini. Dengan begitu, maka Indonesia akan kembali bisa mengekspor biodiesel ke Eropa. Hanya saja, menurutnya sudah ada faktor psikologi yang membayangi Uni Eropa. Iskandar mengatakan, Indonesia harus mengatasi hal ini dengan cara yang elegan, di mana Indonesia menunjukkan perbaikan sistem layanan, kualitas atau menerapkan sistem yang berkelanjutan. Sementara itu, sektor sawit baik hulu hingga hilir di dalam negeri pun harus terus dibenahi. Mahendra Siregar, Direktur Eksekutif Council of Palm Oil Producing Countries pun mengatakan, kemenangan Indonesia di WTO ini menjadi bukti bahwa kebijakan Uni Eropa tersebut tidak beralasan. "Apa yang dianggap aspek dumping dan ada elemen tersembunyi dalam perhitungan biaya produksi biodiesel itu tidak diterima argumentasinya oleh WTO," ujar Mahendra. Sementara itu, Amerika Serikat pun menuduh Indonesia melakukan dumping terhadap produk biodiesel. Mahendra berpendapat, apabila Indonesia membawa permasalahan yang sama Ke WTO, belum tentu Indonesia akan mengalami hal yang sama seperti Uni Eropa. "Amerika itu agak unik. Saya rasa bukan hanya Indonesia, tetapi beberapa negara juga kaget karena Amerika tidak mengindahkan peraturan atau ketetapan Internasional," katanya. Iskandar pun berpendapat, kasus ini harus diselesaikan satu per satu. Dia bilang, Indonesia harus memperkuat data karena dumping sangat bergantung pada data dan transparansi. Meski begitu, Iskandar mengatakan, kemenangan ini menjadi suatu pembelajaran positif yang menunjukkan bahwa upaya yang ditempuh Indonesia dijamin oleh UU Internasional. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Indonesia menang sengketa biodiesel, DMSI: Indonesia harus cermati langkah Uni Eropa
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. WTO baru saja memenangkan Indonesia atas sengketa biodiesel dengan Uni Eropa. WTO memandang, Eropa tidak konsisten terhadap peraturan Perjanjian Anti Dumping WTO selama proses penyelidikan dumping hingga penetapan BMAD atas impor biodiesel dari Indonesia. Iskandar Andi Nuhung, Direktur Eksekutif Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) berpendapat, Indonesia belum bisa berpuas diri atas kemenangan ini. Apalagi, menurutnya Amerika masih bisa melakukan upaya lain supaya produk biodiesel Indonesia tidak masuk ke Uni Eropa. "Indonesia harus mencermati supaya tidak ada upaya lain yang menghambat masuknya produk biodiesel Indonesia. Uni Eropa tidak akan tinggal diam dengan kekalahan itu. Dalam perdagangan kan ada tariff barrier dan technical barrier. Mungkin saja Uni Eropa mengontrol masuknya biodiesel melalui technical barrier," ujar Iskandar kepada KONTAN, Jumat (26/1). Meski begitu, Iskandar pun berpendapat, dengan kemenangan ini pula Indonesia sudah maju satu langkah dalam mengatasi upaya Uni Eropa yang ingin menjegal biodiesel Indonesia. Menurut Iskandar, ada kemungkinan Uni Eropa tidak akan melakukan tindakan lain atas kekalahan ini. Dengan begitu, maka Indonesia akan kembali bisa mengekspor biodiesel ke Eropa. Hanya saja, menurutnya sudah ada faktor psikologi yang membayangi Uni Eropa. Iskandar mengatakan, Indonesia harus mengatasi hal ini dengan cara yang elegan, di mana Indonesia menunjukkan perbaikan sistem layanan, kualitas atau menerapkan sistem yang berkelanjutan. Sementara itu, sektor sawit baik hulu hingga hilir di dalam negeri pun harus terus dibenahi. Mahendra Siregar, Direktur Eksekutif Council of Palm Oil Producing Countries pun mengatakan, kemenangan Indonesia di WTO ini menjadi bukti bahwa kebijakan Uni Eropa tersebut tidak beralasan. "Apa yang dianggap aspek dumping dan ada elemen tersembunyi dalam perhitungan biaya produksi biodiesel itu tidak diterima argumentasinya oleh WTO," ujar Mahendra. Sementara itu, Amerika Serikat pun menuduh Indonesia melakukan dumping terhadap produk biodiesel. Mahendra berpendapat, apabila Indonesia membawa permasalahan yang sama Ke WTO, belum tentu Indonesia akan mengalami hal yang sama seperti Uni Eropa. "Amerika itu agak unik. Saya rasa bukan hanya Indonesia, tetapi beberapa negara juga kaget karena Amerika tidak mengindahkan peraturan atau ketetapan Internasional," katanya. Iskandar pun berpendapat, kasus ini harus diselesaikan satu per satu. Dia bilang, Indonesia harus memperkuat data karena dumping sangat bergantung pada data dan transparansi. Meski begitu, Iskandar mengatakan, kemenangan ini menjadi suatu pembelajaran positif yang menunjukkan bahwa upaya yang ditempuh Indonesia dijamin oleh UU Internasional. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News