KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesia Morowali Industrial Park (PT IMIP) mencatat total produksi komoditas di kawasan industri IMIP untuk Nickel Pig Iron (NPI) sebesar 4,76 juta ton yang diekspor ke China dan beberapa negara lain. Selain melaporkan produksi beberapa komoditas di kawasan IMIP, IMP juga memaparkan mengenai total akumulasi investasi, rencana kerja pada tahun depan, hingga pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pada 2025. IMIP melah melakukan ekspor NPI ke negara-negara Tiongkok dan beberapa negara yang telah menyumbang devisa sebesar US$ 14,45 miliar atau sekitar Rp 232,6 triliun (kurs Rp 16.100) sepanjang periode Januari sampai dengan November 2024.
Baca Juga: Simak Kinerja Operasional Emas, Tembaga, dan Nikel Grup Merdeka (MDKA & MBMA) Direktur Komunikasi PT IMIP, Emilia Bassar mengatakan, NPI merupakan produk olahan besi dengan kandungan nikel di bawah 15 persen. Meski kandungan belerang dan fosfornya lebih tinggi dibanding feronikel (FeNi), komoditas ini tetap menjadi andalan ekspor kawasan IMIP. "Untuk NPI sendiri itu kita produksi total 4,76 juta ton dan kemudian Stainless Steel 4,2 juta ton. Jadi ini sudah besar sekali untuk total produksi komoditas yang dihasilkan dari Kawasan Industri IMIP selama 11 tahun ini," karta Direktur Komunikasi PT Indonesia Morowali Industrial Park, Emilia Bassar dalam agenda Press Briefing di Jakarta Barat, Rabu (18/12). Selama 11 tahun, Emilia menerangkan kawasan industri PT IMIP juga memproduksi berbagai komoditas lain, seperti
stainless steel slab sebesar 4,2 juta ton,
steel hot rolling coil sebanyak 2 juta ton, dan steel cold rolling coil sejumlah 1,4 juta ton. Produk lainnya meliputi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebanyak 821 ribu ton, electrolytic aluminium sebanyak 750 ribu ton, electrolytic nickel sebanyak 140 ribu ton, serta nickel iron wires sebanyak 600 ribu ton. Lebih lanjut, Emilia memaparkan kawasan IMIP saat ini dihuni oleh sekitar 60 perusahaan tenant baik dari dalam maupun luar negeri. Beberapa perusahaan yang sudah beroperasi antara lain PT Sulawesi Mining Investment, PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry, hingga PT Indonesia Tsinghan Stainless Steel. “Kami memiliki lebih dari 60 tenant seperti PT Yong Wang Indonesia, PT Oracle Nickel Industry, hingga PT Detian Coking Indonesia. Selain itu, ada juga proyek konstruksi seperti PT Green Eco Nickel dan PT Chengtok Lithium Indonesia,” ujar Emilia. Seiring dengan pengembangan kawasan, nilai investasi di PT IMIP terus meningkat. Hingga Agustus 2024, akumulasi investasi mencapai US$ 34,3 miliar atau setara Rp 552,5 triliun, naik US$ 4,2 miliar dibandingkan 2023.
Baca Juga: Emiten Nikel Bersiap Mengurangi Energi Fosil Selain menyetor devisa dan meningkatkan investasi, PT IMIP turut berkontribusi pada pendapatan negara melalui pajak. Sepanjang 2023, perusahaan ini telah membayar pajak sebesar US$ 1,16 miliar. IMIP juga mencatat peningkatan signifikan pada penyerapan tenaga kerja. Pada 2024, jumlah pekerja di kawasan Morowali mencapai 84.859 orang, meningkat drastis dari 35.952 orang pada 2020. “Setiap ada pabrik baru yang selesai dibangun, rata-rata penambahan pekerja bisa mencapai 1.000 orang per bulan,” terang Emilia. Pada tahun depan, PT IMIP akan memprioritaskan tiga isu strategis, yaitu mempercepat hilirisasi nikel, memperkuat klaster bahan baku baterai kendaraan listrik, serta mengembangkan pembangkit listrik berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT). “Kami juga telah mengoperasikan lebih dari 130
dump truck listrik sebagai bagian dari komitmen kami mendukung keberlanjutan lingkungan,” tutup Emilia.
Lebih lanjut, IMIP menyatakan bakal menyiapkan pembangkit listrik yang bersumber dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT). IMIP siap mendorong penggunaan energi bersih dengan salah satu
tenant telah mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTGU). IMIP merencanakan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pada tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi