JAKARTA. Indonesia dan India sepakat untuk merundingkan kerjasama perdagangan bilateral bertajuk Indonesia-India Comprehensive Economic Cooperation (II-CECA). Tidak seperti kerjasama dengan China (ACFTA), kerjasama II-CECA ini diyakini akan berdampak positif bagi perekonomian nasional. Menurut Gusmardi Bustami, Dirjen Kerjasama Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Kamis (09/12), keyakinan ini didasarkan pada daya saling melengkapi antar kedua negara baik dalam perdagangan maupun investasi. Dari sisi perdagangan, data Bank Indonesia menunjukkan tahun ini Indonesia mendapatkan surplus sebesar $ 6,53 miliar dari perdagangan dengan India. Angka ini naik 21,37% dari tahun 2009 di mana surplus perdagangan Indonesia terhadap India mencapai $5,38 miliar. Surplus perdagangan Indonesia terhadap India ini merupakan jumlah surplus terbesar di antara perdagangan dengan negara lainnya. Yang patut disyukuri, surplus ini pun banyak ditopang oleh sektor non-migas yang menyentuh nilai $11,64 miliar di tahun 2010. Ekspor Indonesia ke India memang didominasi oleh sektor non-migas seperti Crude Palm Oil (CPO), batu bara dan bijih tembaga dan konsentrat. Ekspor CPO misalnya, pada Januari-Agustus tahun ini menyentuh angka $6,067 miliar. Angka ini melesat 34,75% dari periode yang sama tahun 2009 yang mencapai $4,502 miliar. "Inilah yang membuat kami optimistis kerjasama dengan India akan menguntungkan", kata Natsir Mansyur, Wakil Ketua Kadin bidang perdagangan, distribusi dan logistik, Selasa (09/12). Kondisi ini jelas berbanding terbalik dengan perdagangan Indonesia-China. Pada tahun ini, kerjasama ini telah mengakibatkan Indonesia mendulang defisit perdagangan hingga $5,63 miliar. Asal tahu saja, angka ini merupakan defisit perdagangan terbesar Indonesia dengan negara lain. Selain itu, kerjasama ini pun telah membuat Indonesia menjadi supplier migas, komoditi tambang dan bahan baku primer. Sektor non-migas Indonesia justru semakin tenggelam dan negeri ini juga kian dibanjiri produk-produk jadi asal negeri tirai bambu. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Indonesia optimistis kerjasama dengan India akan positif
JAKARTA. Indonesia dan India sepakat untuk merundingkan kerjasama perdagangan bilateral bertajuk Indonesia-India Comprehensive Economic Cooperation (II-CECA). Tidak seperti kerjasama dengan China (ACFTA), kerjasama II-CECA ini diyakini akan berdampak positif bagi perekonomian nasional. Menurut Gusmardi Bustami, Dirjen Kerjasama Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Kamis (09/12), keyakinan ini didasarkan pada daya saling melengkapi antar kedua negara baik dalam perdagangan maupun investasi. Dari sisi perdagangan, data Bank Indonesia menunjukkan tahun ini Indonesia mendapatkan surplus sebesar $ 6,53 miliar dari perdagangan dengan India. Angka ini naik 21,37% dari tahun 2009 di mana surplus perdagangan Indonesia terhadap India mencapai $5,38 miliar. Surplus perdagangan Indonesia terhadap India ini merupakan jumlah surplus terbesar di antara perdagangan dengan negara lainnya. Yang patut disyukuri, surplus ini pun banyak ditopang oleh sektor non-migas yang menyentuh nilai $11,64 miliar di tahun 2010. Ekspor Indonesia ke India memang didominasi oleh sektor non-migas seperti Crude Palm Oil (CPO), batu bara dan bijih tembaga dan konsentrat. Ekspor CPO misalnya, pada Januari-Agustus tahun ini menyentuh angka $6,067 miliar. Angka ini melesat 34,75% dari periode yang sama tahun 2009 yang mencapai $4,502 miliar. "Inilah yang membuat kami optimistis kerjasama dengan India akan menguntungkan", kata Natsir Mansyur, Wakil Ketua Kadin bidang perdagangan, distribusi dan logistik, Selasa (09/12). Kondisi ini jelas berbanding terbalik dengan perdagangan Indonesia-China. Pada tahun ini, kerjasama ini telah mengakibatkan Indonesia mendulang defisit perdagangan hingga $5,63 miliar. Asal tahu saja, angka ini merupakan defisit perdagangan terbesar Indonesia dengan negara lain. Selain itu, kerjasama ini pun telah membuat Indonesia menjadi supplier migas, komoditi tambang dan bahan baku primer. Sektor non-migas Indonesia justru semakin tenggelam dan negeri ini juga kian dibanjiri produk-produk jadi asal negeri tirai bambu. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News