JAKARTA. Sebagai negara pemilik warisan budaya batik yang mendapat pengakuan dari The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco) semestinya Indonesia memiliki jurusan khusus di universitas yang bisa menelurkan sarjana batik. Selain itu, batik juga perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan SMA dan SMK di seluruh Indonesia.Pembina Yayasan Batik Indonesia, Doddy Soepardi, mengatakan, Malaysia sebagai negara tetangga yang belajar batik dari Indonesia justru sudah memiliki institut batik. "Ada orang Indonesia yang dibiayai hingga bergelar doktor di bidang pewarnaan batik dan tinggal di sana," kata Doddy usai jumpa pers World Batik Summit (WBS), Jumat (23/9).Menurut Dodi, masalah regenerasi pembatik juga menjadi salah satu perhatian Unesco pada saat kunjungannya ke Indonesia. Pembatik yang ada saat ini sudah berusia lanjut, bahkan ada yang 85 tahun masih membatik. Sedangkan generasi muda tidak menyukai bidang ini.Untuk mempertahankan tradisi batik, Yayasan Batik Indonesia juga sudah mengusulkan kepada Kementerian Pendidikan Nasional agar batik dimasukkan dalam kurikulum di jenjang pendidikan SMA dan SMK.Ketua Yayasan Batik Indonesia, Jultin Ginandjar Kartasasmita, mengatakan, untuk tahap awal pelajaran batik sudah diberikan dalam bentuk ekstrakurikuler di beberapa sekolah. Selanjutnya akan dimasukkan ke dalam kurikulum untuk meningkatkan minat generasi muda untuk belajar batik. "Pelajaran batik diberikan mulai dari sejarah hingga teknik membatik," kata Jultin.Selain itu, Jultin mengatakan, Yayasan Batik Indonesia juga terus mencari cara agar generasi muda tertarik untuk belajar batik, di antaranya dengan melakukan lomba desain dan fashion batik. Motif batik juga tidak hanya tradisional tapi disesuaikan dengan selera anak muda saat ini.Meski sudah banyak negara yang memproduksi batik, namun batik Indonesia tidak terkalahkan oleh negara manapun. Batik Indonesia dari proses pembuatannya saja sudah beda karena batik tulis atau cap. Sedangkan batik di luar negeri merupakan batik printing. Selain itu, motif batik di Indonesia memiliki filosofi dan makna yang tidak dimiliki oleh negara lain.Untuk mengangkat pamor batik di tingkat internasional, Yayasan Batik Indonesia akan menggelar World Batik Summit pada tanggal 28 September - 2 Oktober 2011. Acara yang bertempat di Jakarta Convention Center (JCC) akan diikuti oleh peserta bukan hanya dari Indonesia tapi juga beberapa negara lain. Acara yang juga disertai pameran busana batik itu menargetkan transaksi penjualan mencapai Rp 23 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Indonesia perlu sarjana batik untuk regenerasi perajin
JAKARTA. Sebagai negara pemilik warisan budaya batik yang mendapat pengakuan dari The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco) semestinya Indonesia memiliki jurusan khusus di universitas yang bisa menelurkan sarjana batik. Selain itu, batik juga perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan SMA dan SMK di seluruh Indonesia.Pembina Yayasan Batik Indonesia, Doddy Soepardi, mengatakan, Malaysia sebagai negara tetangga yang belajar batik dari Indonesia justru sudah memiliki institut batik. "Ada orang Indonesia yang dibiayai hingga bergelar doktor di bidang pewarnaan batik dan tinggal di sana," kata Doddy usai jumpa pers World Batik Summit (WBS), Jumat (23/9).Menurut Dodi, masalah regenerasi pembatik juga menjadi salah satu perhatian Unesco pada saat kunjungannya ke Indonesia. Pembatik yang ada saat ini sudah berusia lanjut, bahkan ada yang 85 tahun masih membatik. Sedangkan generasi muda tidak menyukai bidang ini.Untuk mempertahankan tradisi batik, Yayasan Batik Indonesia juga sudah mengusulkan kepada Kementerian Pendidikan Nasional agar batik dimasukkan dalam kurikulum di jenjang pendidikan SMA dan SMK.Ketua Yayasan Batik Indonesia, Jultin Ginandjar Kartasasmita, mengatakan, untuk tahap awal pelajaran batik sudah diberikan dalam bentuk ekstrakurikuler di beberapa sekolah. Selanjutnya akan dimasukkan ke dalam kurikulum untuk meningkatkan minat generasi muda untuk belajar batik. "Pelajaran batik diberikan mulai dari sejarah hingga teknik membatik," kata Jultin.Selain itu, Jultin mengatakan, Yayasan Batik Indonesia juga terus mencari cara agar generasi muda tertarik untuk belajar batik, di antaranya dengan melakukan lomba desain dan fashion batik. Motif batik juga tidak hanya tradisional tapi disesuaikan dengan selera anak muda saat ini.Meski sudah banyak negara yang memproduksi batik, namun batik Indonesia tidak terkalahkan oleh negara manapun. Batik Indonesia dari proses pembuatannya saja sudah beda karena batik tulis atau cap. Sedangkan batik di luar negeri merupakan batik printing. Selain itu, motif batik di Indonesia memiliki filosofi dan makna yang tidak dimiliki oleh negara lain.Untuk mengangkat pamor batik di tingkat internasional, Yayasan Batik Indonesia akan menggelar World Batik Summit pada tanggal 28 September - 2 Oktober 2011. Acara yang bertempat di Jakarta Convention Center (JCC) akan diikuti oleh peserta bukan hanya dari Indonesia tapi juga beberapa negara lain. Acara yang juga disertai pameran busana batik itu menargetkan transaksi penjualan mencapai Rp 23 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News