JAKARTA. Indonesia berpotensi menjadi pengimpor gandum terbesar di dunia. Berdasarkan hitungan Asosiasi Produsen Terigu Indonesia (Aptindo), permintaan biji gandum di Indonesia bakal naik mencapai 10 juta ton per tahun dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Saat ini predikat sebagai negara pengimpor biji gandum terbesar masih dipegang oleh Mesir yang tahun lalu mengimpor sekitar 8 juta ton. Ketua APTINDO, Franciscus Welirang mengatakan, saat ini terigu menjadi pangan alternatif setelah beras. Namun sayang, peranan tepung terigu sebagai salah satu sumber pangan utama itu belum ditopang dengan ketersediaan bahan baku biji gandum yang memadai. Hingga kini, kebutuhan biji gandum masih harus diimpor seluruhnya (100%) dari luar negeri. “Ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan biji gandum impor tentu saja merupakan hal yang sangat tidak menguntungkan bagi Indonesia. Lebih-lebih kebutuhan biji gandum Indonesia setiap tahunnya cukup besar, yaitu sekitar 5 juta ton,” kata Fransiscus arau Franky, Kamis (2/4). Data APTINDO menyebutkan, pada 2008 lalu, konsumsi tepung terigu nasional mencapai 3,8 juta ton. Total kebutuhan tepung terigu sebesar itu setara dengan sekitar 4,5-5 juta ton biji gandum yang seluruhnya (100%) masih harus diimpor dari luar negeri. Sementara kebutuhan tepung terigu di Indonesia rata-rata mengalami pertumbuhan minimal 5% setiap tahunnya. Sebenarnya, beberapa anggota APTINDO sudah berupaya mengembangkan tanaman gandum sejak 1998 lalu. Namun sayangnya, hingga kini luasan penanaman gandum maupun volume produksinya masih belum begitu signifikan jika dibandingkan dengan volume kebutuhan biji gandum yang mencapai 4,5-5 juta ton per tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Indonesia Punya Potensi Menjadi Pengimpor Gandum Terbesar di Dunia
JAKARTA. Indonesia berpotensi menjadi pengimpor gandum terbesar di dunia. Berdasarkan hitungan Asosiasi Produsen Terigu Indonesia (Aptindo), permintaan biji gandum di Indonesia bakal naik mencapai 10 juta ton per tahun dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Saat ini predikat sebagai negara pengimpor biji gandum terbesar masih dipegang oleh Mesir yang tahun lalu mengimpor sekitar 8 juta ton. Ketua APTINDO, Franciscus Welirang mengatakan, saat ini terigu menjadi pangan alternatif setelah beras. Namun sayang, peranan tepung terigu sebagai salah satu sumber pangan utama itu belum ditopang dengan ketersediaan bahan baku biji gandum yang memadai. Hingga kini, kebutuhan biji gandum masih harus diimpor seluruhnya (100%) dari luar negeri. “Ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan biji gandum impor tentu saja merupakan hal yang sangat tidak menguntungkan bagi Indonesia. Lebih-lebih kebutuhan biji gandum Indonesia setiap tahunnya cukup besar, yaitu sekitar 5 juta ton,” kata Fransiscus arau Franky, Kamis (2/4). Data APTINDO menyebutkan, pada 2008 lalu, konsumsi tepung terigu nasional mencapai 3,8 juta ton. Total kebutuhan tepung terigu sebesar itu setara dengan sekitar 4,5-5 juta ton biji gandum yang seluruhnya (100%) masih harus diimpor dari luar negeri. Sementara kebutuhan tepung terigu di Indonesia rata-rata mengalami pertumbuhan minimal 5% setiap tahunnya. Sebenarnya, beberapa anggota APTINDO sudah berupaya mengembangkan tanaman gandum sejak 1998 lalu. Namun sayangnya, hingga kini luasan penanaman gandum maupun volume produksinya masih belum begitu signifikan jika dibandingkan dengan volume kebutuhan biji gandum yang mencapai 4,5-5 juta ton per tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News