JAKARTA. Standard & Poor`s melakukan afirmasi Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BB+/ stable outlook. Dalam siaran persnya dijelaskan, bahwa kondisi fiskal dan struktur utang yang sehat serta prospek pertumbuhan yang cukup kuat merupakan faktor kunci yang mendukung afirmasi Sovereign Credit Rating Indonesia. Di sisi lain, kondisi kelembagaan yang relatif lemah, produk domestik bruto (PDB) per kapita yang rendah dan kerentanan eksternal merupakan faktor-faktor yang menjadi risiko bagi Sovereign Credit Rating Indonesia. Standard & Poor`s juga berkeyakinan, kebijakan ekonomi Indonesia yang berkesinambungan akan tetap terjaga pasca pemilihan presiden pada bulan Juli 2014. Atas peringkat tersebut, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo menyatakan, bahwa afirmasi peringkat dari Standard & Poor’s merupakan pengakuan atas komitmen Indonesia dalam menempatkan stabilitas sebagai prioritas di tengah kondisi ekonomi global yang masih dipenuhi ketidakpastian. Menurut Agus, terjaganya fundamental makroekonomi dan respon kebijakan otoritas perekonomian telah menjadi perhatian Standard & Poor’s. Pada tahun lalu Bank Indonesia telah melakukan respon kebijakan melalui bauran kebijakan yang terdiri dari kebijakan kenaikan suku bunga, kebijakan nilai tukar yang lebih fleksibel dan sesuai dengan faktor fundamentalnya, pendalaman pasar keuangan, kebijakan makro prudensial, koordinasi kebijakan dengan Pemerintah termasuk kerjasama dengan bank sentral lainnya, dan penguatan strategi komunikasi. "Ke depan, Bank Indonesia akan tetap menjaga komitmen dalam mengawal perekonomian dan sistem keuangan dengan tetap mengadopsi kebijakan yang konsisten, upaya pendalaman pasar keuangan dan terus melakukan penguatan strategi komunikasi," ujar Agus melalui pernyataan tertulis yang diterima KONTAN pada Senin (28/4).Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Indonesia raih peringkat stable outlook dari S & P
JAKARTA. Standard & Poor`s melakukan afirmasi Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BB+/ stable outlook. Dalam siaran persnya dijelaskan, bahwa kondisi fiskal dan struktur utang yang sehat serta prospek pertumbuhan yang cukup kuat merupakan faktor kunci yang mendukung afirmasi Sovereign Credit Rating Indonesia. Di sisi lain, kondisi kelembagaan yang relatif lemah, produk domestik bruto (PDB) per kapita yang rendah dan kerentanan eksternal merupakan faktor-faktor yang menjadi risiko bagi Sovereign Credit Rating Indonesia. Standard & Poor`s juga berkeyakinan, kebijakan ekonomi Indonesia yang berkesinambungan akan tetap terjaga pasca pemilihan presiden pada bulan Juli 2014. Atas peringkat tersebut, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo menyatakan, bahwa afirmasi peringkat dari Standard & Poor’s merupakan pengakuan atas komitmen Indonesia dalam menempatkan stabilitas sebagai prioritas di tengah kondisi ekonomi global yang masih dipenuhi ketidakpastian. Menurut Agus, terjaganya fundamental makroekonomi dan respon kebijakan otoritas perekonomian telah menjadi perhatian Standard & Poor’s. Pada tahun lalu Bank Indonesia telah melakukan respon kebijakan melalui bauran kebijakan yang terdiri dari kebijakan kenaikan suku bunga, kebijakan nilai tukar yang lebih fleksibel dan sesuai dengan faktor fundamentalnya, pendalaman pasar keuangan, kebijakan makro prudensial, koordinasi kebijakan dengan Pemerintah termasuk kerjasama dengan bank sentral lainnya, dan penguatan strategi komunikasi. "Ke depan, Bank Indonesia akan tetap menjaga komitmen dalam mengawal perekonomian dan sistem keuangan dengan tetap mengadopsi kebijakan yang konsisten, upaya pendalaman pasar keuangan dan terus melakukan penguatan strategi komunikasi," ujar Agus melalui pernyataan tertulis yang diterima KONTAN pada Senin (28/4).Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News