Indonesia sasar pasar ekspor di belahan selatan



JAKARTA. Indonesia terus mencari pasar baru lantaran negara-negara yang sudah lama menjadi tujuan ekspor seperti Amerika Utara, Asia Timur, dan Eropa Barat terkena dampak krisis ekonomi global. Melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag), pemerintah mediversifikasi pasar ke negara berkembang di belahan bumi selatan seperti Amerika Latin, Afrika, dan Timur Tengah.Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menyebut volume perdagangan selatan-selatan yang terdiri dari kurang lebih 120 negara mencapai US$ 8,5 triliun di tahun ini. Dia meyakini nilainya bisa tumbuh double digit di tahun depan.Sebagai perbandingan, volume perdagangan dunia mencapai US$ 31 triliun di tahun ini, dengan produk domestik bruto (PDB) dunia US$ 70 triliun. Berarti, negara-negara selatan-selatan mewakili sekitar 27% perdagangan dunia.Bercermin dari semua data yang ada, Gita melihat potensi untuk Indonesia besar sekali. "Di antara empat negara BRIC, dua negara yaitu Brazil dan India adanya di selatan. Indonesia juga. Kita bisa menjadi penggerak di selatan-selatan," tuturnya dalam World Export Development Forum (WEDF) 2012 di Jakarta, Senin (15/10).Gita menambahkan, upaya untuk terhubung dengan sesama negara berkembang merupakan antisipasi dari kuatnya pertumbuhan internal Indonesia. "Melalui perdagangan internasional kita akan lebih siap melayani polulasi yang terus tumbuh," ujarnya.Lebih lanjut, Gita bilang, WEDF merupakan persiapan sebelum forum Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) bulan Desember 2013, di mana Bali akan menjadi tuan rumah. Dia sendiri berharap ada satu atau dua usulan Indonesia yang gol dalam forum tersebut.Pertama, fasilitasi perdagangan. Kedua, konsesi ke negara miskin yang PDB-nya lebih rendah dibanding Indonesia, seperti Laos dan beberapa negara Afrika. "Kelihatannya bisa gol," ujar Gita, optimistis. Imbasnya, jika aliran barang dan jasa lewat bandara dan pelabuhan meningkat, volume perdagangan pun akan ikut terangkat.Sementara itu Direktur Eksekutif International Trade Center (ITC) Patricia Francis sebagai penyelenggara WEDF 2012 menilai Indonesia sebagai negara yang sukses mengatasi krisis ekonomi. Alasannya, Indonesia menderita krisis ekonomi di tahun 1997-1998, tetapi setelah itu PDB tumbuh stabil 6% per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can