Indonesia selalu gagal hadapi perdagangan bebas



JAKARTA. Ekonom Didik J Rachbini menyatakan Indonesia selalu gagal dalam menghadapi perdagangan bebas. Padahal, ibarat ujian kenaikan kelas, momentum tersebut sangat penting bagi Indonesia dan Indonesia tak berhasil. "Kita ini banyak menghadapi kebijakan ekonomi global seperti Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC). Ini sebenarnya seperti ujian naik kelas, yang sebenarnya itu momentum penting. Tapi (kita) celaka terus, karena tidak dipersiapkan," kata Didik ditemui usai diskusi di Menara Kadin, Jakarta, Senin (27/1). Didik menuding perjanjian perdagangan bebas antara ASEAN dan China menjadi biang kerok dari defisit perdagangan Indonesia. Ia menengarai, hal tersebut terjadi lantaran basis produksi di dalam negeri tidak dipersiapkan dengan baik. "Dan itu dimulai dari zaman Megawati, lalu SBY, dan (sekarang) ditambah-tambah lagi objek liberalisasinya," ujarnya. Perdagangan internasional, lanjut Didik, ibarat pula bermain kartu. Jika lawan membuka satu kartu, maka Indonesia juga membuka saja satu kartu. "Jangan sana buka 1, kita buka 5. Sekarang begitu juga AEC. Dari negara di kawasan yang paling diuntungkan itu Singapura," lanjut Didik. Menurutnya, Singapura dengan jumlah penduduk (pasar) yang sangat sedikit, namun unggul dalam jasa, akan mendapat banyak keuntungan dari AEC. Sebaliknya, Indonesia, negara dengan penduduk terbesar ke-4 dunia merupakan pasar yang menarik diperebutkan di kawasan ASEAN. "Singapura pasarnya kecil, kita pasarnya besar. Itu satu kenaifan yang tidak pernah kita pikirkan. Makanya, yang sangat kita perlukan adalah diplomasi yang kuat dalam investasi dan perdagangan," pungkasnya. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan