Indonesia Siap Gandakan Film Asing



JAKARTA. Meski Amerika Serikat menolak, tapi sejauh ini pemerintah tetap pada kebijakannya mengharuskan penggandaan film impor harus dilakukan di Indonesia. Jika pemerintah konsisten, tentu kebijakan ini membuka peluang besar bagi bisnis penggandaan film di dalam negeri.

Saat ini ada dua perusahaan penggandaan film di Indonesia, yakni PT Mitra Multimedia Film Laboratories (Mitra Lab) dan PT Inter Pratama Studio Laboratorium (Inter Studio). Keduanya menggarap hampir seluruh produksi film layar lebar dalam negeri.

Menurut Wakil Ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N) Rudy S. Sanyoto, Mitra Lab dan Inter Studio berkompetisi dalam mengisi pasar sekaligus gotong-royong membiakkan industri ini.


Tahun lalu, Mitra Lab dan Inter Studio menggandakan 81 judul film lokal menjadi ribuan kopi. Namun, kapasitas keduanya jauh lebih besar dari jumlah itu, sehingga siap menggarap film-film impor.

Menurut Rudy, kapasitas Mitra Lab dan Inter Studio mencapai 6 kali lipat dari kebutuhan total film nasional dan impor, atau 12 kali lipat kebutuhan film nasional. "Laboratorium yang ada di Indonesia siap menggarap film impor," tegas Rudy, Rabu (17/2).

Direktur Mitra Lab Achmad Ferdi bilang, tahun lalu perusahaannya menggandakan 60 dari 81 judul film Indonesia hasil besutan produser film sepanjang 2009. “Setiap judul, kami membuat sedikitnya 40 kopi film,” tegas Achmad.

Kopi film di Mitra Lab diproduksi oleh 2 mesin printing. Achmad menghitung, setiap jam, kedua mesin itu mampu memproduksi 4 kopi. Film yang lahir dari Mitra Lab diantaranya Nagabonar 1, Ketika Cinta Bertasbih, dan Perempuan Berkalung Sorban.

Mitra Lab yang berdiri 2000 sudah mengantongi sertifikat Image Care dari Kodak, Amerika Serikat, yang merupakan standar penggandaan film di dunia. Itu sebabnya, Achmad tak gentar bersaing dengan pengganda film dari Thailand.

Sementara Inter Studio yang berdiri 1976, menggandakan tak kurang dari 30 judul film pada 2009. Film yang mereka gandakan termasuk trailer untuk sejumlah film asing. "Kami terus memperbarui mesin penggandaan dan mendatangkan teknisi mesin tiap tahun dari Fuji di Jepang maupun Agfa di Belgia," kata Sandy Sanyoto, GM Inter Studio.

Film yang digandakannya antara lain Laskar Pelangi, Gie, AADC, dan Serigala Terakhir. Untuk setiap satu kopi film, perusahaan penggandaan mengutip US$ 800-1.000, tergantung durasi film.

"Dengan kapasitas, fasilitas, kualitas dan biaya, penggandaan film impor maupun lokal bisa dilakukan di Indonesia," kata Zairin Zein, praktisi perfilman. Penggandaan film di Indonesia, kata Rudy, akan memudahkan pengusaha bioskop mendapatkan kopi film.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test