Indonesia siapkan skema terburuk soal sengketa dagang dengan AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia telah menyiapkan simulasi untuk skema terburuk terkait sengketa dengan Amerika Serikat (AS) yang dilaporkan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Sebelumnya AS menggugat Indonesia terkait aturan mengenai impor produk hortikultura, hewan, dan produk hewan yang diterapkan Indonesia. AS menggugat kerugian yang harus dibayar oleh Indonesia sebesar US$ 350 juta akibat aturan tersebut.

Meski Indonesia telah menyampaikan revisi terkait aturan yang menghambat tersebut, Indonesia tetap membuat simulasi untuk menghadapi skema terburuk terkait langkah perlawanan AS.


"Menteri Perdagangan (Mendag) menyampaikan has tersebut di rapat terbatas Juli lalu di Kementerian Koordinator bidang Perekonomian," ujar Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan (Kemdag) Kasan Muhri kepada Kontan.co.id, akhir pekan lalu.

Kemdag menyiapkan simulasi penaikkan bea masuk oleh AS. Akibat sengketa, kondisi terburuk yang diprediksi oleh Kemdag AS akan meningkatkan bea masuk produk dari Indonesia hingga 25%.

Indonesia pun telah melakukan simulasi terkait komoditas ekspor yang terkena pengaruh dari kenaikkan bea masuk tersebut. Ekspor utama seperti crude palm oil (CPO), karet, minyak dari batubara, kerajinan dan perhiasan, serta furnitur akan mengalami penurunan ekspor lebih dari 70%.

Sementara komoditas lainnya yang akan turun adalah alas kaki, ikan dan udang, otomotif, garmen, serta tekstil dan kain.

Selain AS yang akan menaikkan ekspor, Indonesia juga akan melakukan hal yang sama. Dalam simulasi, Indonesia akan menambahkan bea masuk sebesar 10%.

Namun, dampak menaikkan bea masuk bagi Indonesia sendiri akan menaikkan harga barang yang diimpor. Harga barang seperti bahan kimia, komputer dan gawai serta permesinan akan naik lebih dari 20%.

Kasan mengakui angka tersebut akan mempengaruhi berbagai industri di Indonesia. Sementara untuk barang yang bisa didapatkan dari negara lain, impor akan dialihkan ke negara suplier lainnya.

Indonesia juga mengimpor jagung, gandum, buah, kedelai, daging dan jeroan, bungkil, serta susu yang digunakan bagi kebutuhan pangan serta pakan. Barang tersebut juga akan mengalami kenaikan harga. "Ya simulasinya seperti itu, ada data lainnya di luar simulasi adalah neraca perdagangan," terang Kasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat