Indonesia sungguh butuh pasokan devisa



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan bertubi-tubi masih mendera rupiah, termasuk efek krisis Turki. Satu-satunya cara menyelamatkan rupiah adalah menarik dollar sebanyak-banyaknya ke dalam negeri. Termasuk simpanan dollar AS milik eksportir di luar negeri.

Tanpa pasokan dollar AS segar ke dalam negeri, niscaya sulit bagi Bank Indonesia (BI) menjaga kekuatan rupiah. BI juga tidak bisa terus menggunakan cadangan devisa untuk intervensi rupiah.

Sebagai gambaran, sepanjang Juli 2018, cadangan devisa RI turun sekitar US$ 1,5 miliar menjadi US$ 118 miliar untuk intervensi rupiah. Nilai cadangan devisa bahkan turun sekitar US$ 12,89 miliar jika dihitung sejak awal tahun. Toh, rupiah tak kunjung keluar dari level 14.000.


Senin (13/8), rupiah sempat turun sekitar 1% dan menyentuh level 14.656 per dollar AS. Ini adalah nilai rupiah terendah sejak tahun 2015.

Nah, melihat situasi itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, upaya menarik devisa ekspor ke dalam negeri memang krusial saat ini. Oleh karena itu, ia berjanji, pemerintah akan memberi insentif kepada eksportir yang bersedia membawa masuk devisa ekspor ke dalam negeri dan mengonversinya ke rupiah. 

"Kami sudah bicara dengan eksportir untuk membawa dolarnya ke dalam negeri, tidak hanya masuk di bank dalam negeri tetapi juga stay di dalam negeri lebih lama," katanya, Senin (13/8).

Eric Sugandi, Project Consultan ADB menilai, pemerintah dan BI sudah berusaha keras mendorong DHE masuk. Jika kurang optimal, perlu ada insentif lagi. "Penurunan tarif swap harus segera terlaksana," katanya.

Piter Abdulah, Direktur Riset Core Indonesia melihat, selain devisa ekspor, pemerintah bisa menarik dollar secara cepat melalui penerbitan obligasi. Tapi, cara ini butuh biaya besar. Agar pemodal asing berminat, bunga obligasi negara harus naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia