JAKARTA. Pemerintah membuka penawaran obligasi global berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) di pasar AS. Seperti tahun lalu, pemerintah akan menawarkan dua seri obligasi, yaitu tenor 10 tahun dan 30 tahun. Direktur Strategi dan Portfolio Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementrian Keuangan Scenaider Siahaan mengatakan, pemerintah mengalokasikan penerbitan surat utang valuta asing (valas) sekitar 20% dari total target penerbitan bruto surat berharga negara (SBN) senilai Rp 281,77 triliun. Artinya, total penerbitan surat utang valas tahun ini sebesar Rp 56,2 triliun atau sekitar US$ 5,79 miliar. Selain penerbitan obligasi global, porsi surat utang valas ini juga termasuk sukuk global dan SBN valas dalam negeri.
Untuk nilai penerbitan obligasi global kali ini, Scenaider mengaku belum dapat memastikan. "Nilainya nanti tergantung permintaan pasar dan pricing," kata Scenaider kepada KONTAN, Senin (8/4).
Bloomberg melaporkan, pemerintah akan menjual surat utang bertenor 10 tahun dengan imbal hasil 3,55% dan tenor 30 tahun dengan imbal hasil 4,8%. "Itu revised price guidance untuk investor. Sekarang masih proses tightening. Kami menunggu pasar AS buka dan jalan, baru nanti malam (Senin malam) ditentukan harga finalnya," kata Kepala Sub Bidang Analisis Laporan Keungan dan Pasar Surat Utang Negara, Fatati Sriwahyuni. Sebagai gambaran, obligasi global Indonesia yang jatuh tempo 25 April 2022 mencatat imbal hasil 3,30%, kemarin. Sedangkan obligasi global yang jatuh tempo 17 Januari 2042 mencatat imbal hasil 4,56% di pasar sekunder. Tahun lalu, pemerintah menerbitan obligasi global bertenor 10 tahun senilai US$ 2 miliar dengan imbal hasil 3,75%. Sedangkan, obligasi global bertenor 30 tahun senilai US$ 500 juta ditawarkan dengan imbal hasil 4,95%. Pemerintah menunjuk PT Danareksa Sekuritas, JPMorgan Chase & Co, Deutsche Bank AG, Standard Chartered Plc dan PT Mandiri Sekuritas sebagai agen penjual obligasi global kali ini. "Nilai penerbitan kali ini, akan kami lihat permintaan dan kualitas investornya. Sejauh ini permintaan bagus," kata Fatati. Waktunya pas Analis Sucorinvest Asset Management, Jemmy Paul menilai, penerbitan
global bond di kuartal II ini merupakan waktu yang tepat. Menurut dia, melonjaknya harga surat utang negara (SUN) yang terus mencapai rekor mencerminkan permintaan investor terhadap surat utang Indonesia sangat tinggi. "Namun ancaman inflasi perlu diwaspadai karena akan memengaruhi permintaan harga dari investor," tutur Jemmy. Jemmy menduga, kupon obligasi global akan ditetapkan di kisaran 3,6% dengan tenor 10 tahun. Sedangkan, untuk asumsi tenor 30 tahun, kupon obligasi global diperkirakan akan ditetapkan sebesar 4,95%.
Analis NC Seurities, I Made Adi Saputra mengatakan hal senada. Menurut dia, waktu penerbitan obligasi global tepat karena banyaknya likuditas global mendorong investor untuk mencari instrumen dengan imbal hasil yang menarik. "Sementara dari tingkat imbal hasil yang ditetapkan juga menunjukkan penurunan dibandingkan obligasi global yang diterbitkan tahun lalu," tutur Made. Menurut Made, untuk obligasi global kali ini pemerintah menawarkan imbal hasil 3,625% dengan tenor 10 tahun. Sedangkan untuk tenor 30 tahun ditetapkan dengan kupon 4,8%. "Jadi mengindikasikan bahwa respon investor masih cukup baik. Penurunan kupon juga didukung oleh melandainya imbal hasil US Treasury yang menjadi acuan penerbitan obligasi global," kata Made. Untuk penerbitan obligasi global ini, pemerintah menggenggam peringkat BBB- dari lembaga pemeringkat internasional Fitch Rating. Sedangkan Moody's Investment Service menyematkan peringkat Baa3 dengan
outlook stabil untuk instrumen ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati