Indonesia Terima Hibah dari Jerman US$ 37,5 juta



JAKARTA. Jerman memberikan hibah sebesar US$ 37,5 juta atau setara € 26,9 juta ke Indonesia dalam bentuk bantuan teknis. Komitmen dana hibah ini adalah hasil kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhir tahun 2009 lalu ke Jerman.

Pencairan dana untuk beberapa proyek ini dilakukan secara bertahap per proyek mulai 2010. "Begitu proyeknya siap, baru dicairkan," kata Wakil Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Lukita D.Tuwo, Selasa (11/5).

Rinciannya, sebesar € 3,5 juta di antaranya untuk proyek perubahan iklim di bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Termasuk pengolahan sampah ramah lingkungan. "Dana yang berkaitan dengan climate change langsung masuk ke departemen teknis," ujar Lukita.


Kemudian, proyek pengembangan sektor swasta berupa program pelatihan kejuruan senilai € 9,7 juta. Lalu, proyek pembangunan kapasitas sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung desentralisasi sebesar € 8 juta.

Jerman juga memberikan bantuan penelitian geologi dan mitigasi bencana di Aceh sebesar € 3 juta. Untuk riset kebijakan dan formulasi sektor kesehatan senilai € 3 juta. Bantuan lainnya, untuk pengembangan sistem perlindungan jaminan sosial sebesar € 2 juta. Dan, untuk pengembangan sumber daya air di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat sebanyak € 3 juta.

Menurut Lukita, bantuan teknis ini tidak semuanya berupa uang. Tapi, bisa dalam bentuk tenaga ahli dan capacity buiding, seperti memberangkatkan orang untuk mengikuti pelatihan di Jerman. Bisa juga tenaga konsultan yang telah disiapkan oleh Pemerintah Jerman.

Kepala Divisi Asia Tenggara Kementerian Ekonomi dan Kerjasama Pembangunan Jerman Brunhilde Vest bilang, Indonesia adalah mitra Jerman, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan.

Vest yakin, dengan pembangunan ekonomi saat ini bisa membawa Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah. Tak heran, jika Jerman terus memilin hubungan antara kedua negara selama 50 tahun terakhir. Bantuan dari Jerman pun mengalir dalam lima dekade kerjasama itu. "Nilainya sebesar US$ 4,33 triliun," ujar Vest.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi