JAKARTA. Negara-negara ASEAN mulai bereaksi untuk mengatasi lonjakan harga minyak yang makin liar. Ketika Indonesia belum tegas merealisasikan kebijakan apa pun terhadap bahan bakarnya, Filipina bulan ini memulai program jangka pendeknya agar ongkos transportasi tak naik.
Filipina mengungkapkan rancangan program tersebut dalam pembahasan masalah ketahanan energi di pertemuan KTT ASEAN akhir pekan lalu. "Banyak yang tertarik, termasuk Indonesia," ujar Jose Rene D.Almendras, Sekretaris Departemen Energi Filipina, kepada KONTAN, Sabtu (7/5).
Negara tetangga ini membagikan kartu bantuan untuk membeli bahan bakar mesin diesel kepada para supir angkutan umum. Kartu berjudul Pantawid Pasada itu berisi kredit senilai 1.050 peso atau Rp 209 ribu. Ini setara dengan bantuan bahan bakar sebesar 35 peso atau sekitar Rp 7.000 per hari untuk satu bulan penuh. "Selama harga bahan bakar tinggi, kartu ini bisa digunakan. Kami memiliki perhitungan sendiri dengan melihat pendapatan para supir angkutan umum itu," katanya.
Pemberian bantuan itu, lanjut Rene, bisa meredam kenaikan ongkos kendaraan umum. Cara tersebut juga akan lebih tepat sasaran karena dinikmati masyarakat berpenghasilan rendah yang menggunakan angkutan umum.
Pemerintah Filipina menyediakan bujet 450 juta peso atau setara Rp 896 juta. Program tersebut juga merangkul para perusahaan minyak swasta yang beroperasi di Filipina seperti Shell, Chevron, Petron, Total, PTT. Mereka berkontribusi dengan membayar biaya cetak kartu yang totalnya mencapai 11 juta peso.
Program kartu Pantawid Pasada baru dimulai awal Mei lalu. Pemerintah Filipina hanya membagi-bagi kartu itu kepada supir kendaraan umum roda empat yang mirip angkot yakni Jeepney dan angkutan roda tiga bernama tricycle.Targetnya, ada 214.596 pengemudi jeepney yang akan menerima kartu yang berlaku selama lima tahun itu. "Ini hanya diberikan kepada transport dengan izin resmi, jika tidak punya franchise mereka tidak boleh mendapat. Dengan begitu, cara ini juga bisa membantu mengatasi angkutan umum ilegal," tambahnya.
Lonjakan harga minyak memang selalu menjadi isu penting di Filipina. Maklum saja, sejak deregulasi minyak Filipina di tahun 1990-an, harga bahan bakar minyak di negeri itu menyesuaikan harga pasar. "Jauh lebih mahal dibanding negara Anda," kata Rene. Saat ini satu liter solar seharga 58 peso atau sekitar Rp 11.500.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News