Indonesia terus cari pangsa pasar baru untuk CPO



JAKARTA. Indonesia terus mencari pangsa pasar baru untuk penjualan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Langkah tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi hambatan dari negara tujuan ekspor utama seperti Uni Eropa (UE), India dan China akibat persoalan tarif dan non tarif. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, pasar baru yang berpotensi digenjot kinerja ekspornya antara lain Turki, Pakistan, Bangladesh, dan negara-negara di kawasan Mediterranean. "Saya ingin ada 2-3 juta ton dari market baru," kata Lutfi, Rabu (10/9). Lebih lanjut Lutfi bilang, Turki dapat digunakan sebagai hub atau penghubung untuk ekspor minyak sawit ke negara Asia Tengah dan Arab seperti Iran, Irak dan Suriah. Untuk pangsa pasar ekspor ke Turki, pemerintah menargetkan adanya tambahan sebanyak 500.000 ton dari saat ini 400.000 ton. Namun perlu dicermati, adanya PTA atau preferential trade agreement (perjanjian perdagangan di bidang tertentu) antara Turki dengan Malaysia membuat daya saing minyak sawit Indonesia menjadi lebih mahal. Dengan PTA tersebut membuat Bea Masuk (BM) minyak sawit asal Malaysia turun dari 31% menjadi 20%, sehingga CPO Indonesia tidak kompetitif. "Lagi putar otak bagaimana kita punya preferential trade agreement dengan Turki," kata Lutfi. Pasar ekspor minyak sawit ke Pakistan dan Bangladesh menunjukkan tren positif dalam beberapa bulan belakangan ini. Peningkatan volume ekspor minyak sawit Indonesia ke Bangladesh mencapai 55% pada bulan Mei hingga Juni lalu. Bulan Mei lalu ekspor minyak sawit ke Pakistan sebanyak 116.000 ton, sedangkan bulan Juni meningkat menjadi 180.000 ton. Tren peningkatan kinerja ekspor juga terjadi dengan tujuan Pakistan. Catatan Kemendag, pada bulan Mei ekspor minyak sawit Indonesia ke Pakistan sebanyak 145.000 ton, sedangkan bulan Juni naik sekitar 10% menjadi 160.000 ton. Sementara itu, untuk negara-negara di kawasan Mediterranean seperti, Yunani, Macedonia dan Italia dapat dimanfaatkan sebagai penghubung ekspor ke negara pecahan Yugoslavia, Eropa Tengah dan Eropa Timur. Macedonia dianggap perlu karena selama ini negara tersebut mempunyai perjanjian perdagangan dengan negara-negara kawasan UE. Dengan terbukanya pasar ekspor ke Macedonia, peluang ekspor minyak sawit dengan tujuan UE semakin terbuka. "Macedonia mempunyai perjanjian dengan EU," kata Lutfi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan